Maraknya kecelakaan pesawat belakangan ini mengingatkan saya akan kejadian 9 tahun yang lalu saat pesawat Garuda Indonesia bertipe Boeing 737-300 jatuh di Sungai Bengawan Solo. Pesawat tersebut jatuh pada tanggal 16 Januari 2002 di sungai yang masuk wilayah desa Serenan, kecamatan Juwiring, kabupaten Klaten (kurang lebih 5km dari tempat saya). Kejadian tersebut sangat menghebohkan sampai-sampai di sekolah pun menjadi topik utama diantara perbincangan murid-murid (ibarat sekolah itu adalah kompasiana, maka pesawat jatuh itu adalah headline top of the top).
Ada hal lucu yang saya dengar dari teman yang kebetulan rumahnya disana, dan berikut ini adalah rentetan peristiwa (yg mungkin lucu) yang akan saya bahasakan kembali dengan bahasa versi saya tanpa mengubah inti kejadian sebenarnya.
* * * * *
Sudah menjadi hal yang lazim bila sungai Bengawan Solo menjadi tempat untuk buang hajat (pup) bagi warga sekitar yang tidak memiliki WC. Tak terkecuali pula dengan Mbah Karto (sebut saja nenek-nenek yg saya ceritakan ini bernama mbah Karto, selain kurang etis bila saya sebutkan nama asli, lagian saya juga udah lupa tuh siapa namanya, wkwk). Mbah Karto ini pada hari tersebut menuju ke sungai untuk menunaikan hajatnya yang tidak mau ditunda-tunda lagi. Begitu Mbah Karto sampai di sungai, segera Mbah Karto ini menceburkan diri di pinggir dan kemudian mengambil posisi jongkok setelah sebelumnya telah mengangkat jariknya (jarik: kain batik yg biasa digunakan oleh nenek-nenek). Mbah Karto pun segera dengan tenang menunaikan hasrat yang telah ditahannya sejak dari rumah yang tak jauh letaknya dari sungai.
Belum sempat menyelesaikan hajatnya, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh dari sebuah benda yang sangat besar (pesawat) diatas dan dirasa makin mendekati dirinya. Yang namanya sudah usia lanjut, tentu saja Mbah Karto sangat kaget dan langsung mengangkat jariknya, kemudian lari terburu-buru pulang ke rumahnya. Sesampai di rumah, akhirnya Mbah Karto pun pingsan.
Mungkin bagi sebagian orang akan tertawa dan menganggap lucu, "koq aneh ya, kaget tapi bisa pulang dulu baru kemudian pingsan". Tapi kalau kita ambil nilai dari kejadian tersebut, ini adalah wujud dari pertolongan Tuhan terhadap umatNya. Tuhan melalui intuisi si nenek tadi telah memberi pertolongan berupa kekuatan agar si nenek yang notabene telah lanjut usia tersebut bisa berlari pulang sebelum akhirnya pingsan. Dengan begitulah si nenek terselamatkan dari musibah, seperti misalnya: sakit jantung di tempat (sungai), terbawa arus air setelah pesawat membuat gelombang besar di air sungai, atau yang lebih parah mungkin bisa saja si nenek tertimpa pesawat..
(alhamdulillah yah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H