Terlepas dari kualitas artikel saya yang terkesan"abal-abal", setidaknya menurut saya sudah 60% mewakili apa yang dicari oleh jurnalis profesional. Dan ternyata memang itulah yang dicari oleh "jamaah googliyah". Lantas mengapa media mainstream bisa meraup pembaca hingga ribuan atau belasan ribu, sedangkan artikel saya hanya 400an ? Namanya juga search engine alias mesin, jadi kerjanya sudah teratur dengan kode-kode tertentu dan menampilkan apa adanya sesuai alur search engine, lalu "jamaah googliyah" inilah yang bakal menentukan pilihannya sendiri untuk memilih berita mana yang ingin diklik. Secara psikologis, tentu user lebih pilih mengklik hasil pencarian dari mainstream media daripada dari yang abal-abal seperti saya, hal yang sangat wajar.
Mengenai SEO, bagi orang awam pada kesimpulannya adalah berusaha untuk menjadi deretan paling awal dalam mengupas isu aktual yang saat itu paling banyak dicari. Sejak kemarin siang (26/9) pun artikel saya sudah terlempar dari halaman pertama search engine meski diketikkan hingga empat kata yang menjurus ke judul artikel. Tentu saja ini karena makin banyak orang yang mempublish berita tentang kronologi bom bunuh diri yang terjadi di Solo.
Salam SEO, dari kompasianer gaptek :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H