Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Catatan Akhir Tahun Sepakbola Indonesia 2011 (Versi Lensa Olahraga)

2 Januari 2012   19:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Akhir Tahun Sepakbola Indonesia 2011, diwarnai dengan kegagalan pengurus PSSI dibawah ketum Djohar Arifin. Kegagalan ini disebabkan oleh pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan oleh Djohar Arifin sejak terpilih menjadi ketum melalui KLB yang digelar di Solo.

Pelanggaran pertama adalah tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Djohar Arifin dengan memecat Alfred Riedl. Padahal prestasi pelatih asal Austria ini terbilang sukses mampu membawa Bambang Pamungkas dan kawan kawan menjadikan timnas Indonesia menjadi tim menakutkan di kancah Piala AFF. Hebatnya lagi, Alfred Riedl mampu menciptakan animo masyarakat untuk mencintai sepakbola. Kehadiran Alfred Riedl mampu membuat segenap lapisan masyarakat datang memenuhi stadion, baik kalangan orang tua, anak-anak, kalangan artis, tukang becak, hingga rakyat kecil. Sungguh awal euforia tim nasional yang sangat indah.

PSSI dibawah Djohar justru mengganti Alfred Riedl dengan mantan pelatih PSM Makassar, Wim Rijsbergen. Pelatih asal Belanda ini justru tidak banyak memberi sumbangsih positif bagi timnas senior, justru mencuat isu perpecahan antara Wim dengan pemain yang santer diberitakan. Imbas buruknya kinerja Wim berpengaruh pada merosotnya animo suporter yang enggan datang ke stadion karena Garuda Senior banyak menelan kekalahan.

Terkait dengan susunan kepengurusan yang ingin lebih ramping, Djohar justru gagal mewujudkan janjinya. Kepengurusan justru menjadi lebih gemuk dari era sebelumnya. Setidaknya terdapat 115 personel yang duduk berjejal-jejal di kepengurusan Djohar-Farid, masing-masing tersebar di 17 Komite dan 3 Komisi.

Badai kritik yang menerpa kepengurusan PSSI semakin membesar saat bersinggungan dengan format kompetisi. PSSI kembali menjadi bulan-bulanan saat nekat merombak total format liga yang sudah berjalan. Sesuai hasil Kongres PSSI di Bali tahun 2010 (hah, ini narator ngantuk mungkin), kompetisi musim 2011/12 adalah Indonesia Super League yang diikuti 18 tim yang dikelola oleh PT Liga Indonesia. Apa lacur, Djohar nekat melanggarnya dengan menambah jumlah peserta kompetisi menjadi 24 klub dan kompetisi dirubah menjadi Indonesia Premier League atau IPL. Parahnya, 6 klub mendapat tiket gratis tanpa melewati promosi/degradasi. Keenam klub dimaksud adalah PSMS Medan, Persebaya Surabaya, Bontang FC, Persibo Bojonegoro, Persema Malang, dan PSM Makassar. Mereka masuk kompetisi tertinggi tanpa alasan dan dasar yang jelas, hanya mementingkan kelompok Djohar.

Jelas keputusan ini membuat mayoritas tim-tim menjadi kecewa dan marah besar kepada PSSI. Selanjutnya PSSI rezim Djohar merubah saham klub-klub peserta ISL. Awalnya klub mendapat 99% saham dan PSSI hanya mendapat bagian 1%. Akan tetapi dirubah Djohar Arifin, regulator kompetisi bukan PT Liga Indonesia tapi PT Liga Prima Indonesia Sportindo yang sahamnya dimiliki sejumlah 70% milik pribadi Djohar, dan 30% milik waketum Farid.

Akibat menumpuknya kesalahan-kesalahan rezim Djohar, desakan untuk menggelar Kongres Luar Biasa PSSI semakin menguat. Akhirnya dalam Rapat Akbar Sepakbola Nasional 18 Desember lalu sebanyak 452 dari 580 anggota PSSI sepakat untuk menggelar KLB PSSI untuk menurunkan Djohar Arifin yang sudah tidak menjalankan amanah. Menurut statuta PSSI, kehadiran lebih dari 2/3 anggota PSSI telah sah untuk digelar KLB. Rencananya KLB digelar paling lambat 30 Maret 2012 untuk memilih ketua umum, wakil ketua umum, serta anggota exco PSSI.

Rezim Profesor Djohar akan berakhir, PSSI akan memilih nahkoda baru yang diharapkan bisa membawa pencerahan bagi sepakbola Indonesia. SEMOGA

* * *

Yang namanya Catatan Akhir Tahun itu bukannya membahas apa yang terjadi dari awal Januari hingga akhir Desember ya? Tapi yang dihadirkan dalam Lensa Olahraga pagi ini hanyalah shortcut sejak terpilihnya Djohar Arifin sebagai ketum PSSI. Menilik sebelumnya juga hanya sebatas membahas Alfred Riedl yang dikatakan "sangat berprestasi" (tanda kutip) dengan segudang statement yang entah bagaimana teks itu dibuat. Sangat mengherankan apabila dalam sebuah Catatan Akhir Tahun atau juga yang ngetrend disebut Kaleidoskop, hanya mengambil berita yang dirasa menguntungkan kelompoknya saja. Tragisnya, kejadian seperti demo menentang Nurdin Halid yang bergema sampai di luar negeri (Anfield Stadium, kandang Liverpool), hingga puluhan ribu suporter yang menduduki kantor PSSI dan berujung pembekuan kepengurusan Nurdin Halid oleh pemerintah yang kemudian didukung oleh FIFA, ternyata tidak ada beritanya sama sekali. Alasannya jelas dapat kita tebak, berita-berita tersebut pastilah akan menambah citra buruk kelompoknya, sehingga kaleidoskop yang ditampilkan hanyalah yang menguntungkan kelompoknya saja. Oh, bisa saja ngeles dengan "cuma akhir tahun", tapi seminggu lalu Persebaya juara Unity Cup, koq tidak diberitakan juga ya?

* * * * * * * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun