Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jelang Final Lawan Malaysia: Jangan Ada Perpecahan!

20 November 2011   09:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:26 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Senin (21/11/2011) adalah saat-saat menentukan bagi persepakbolaan Indonesia dimana akan dilangsungkan partai final Sea Games XXVI cabang sepakbola, yang merupakan cabang olahraga nomor satu di Indonesia (nomor satu peminatnya, bukan prestasinya, jek). Antusiasme dan euforia masyarakat dipastikan sedemikian besar karna sudah dua dekade belum mampu merasakan prestasi yang benar-benar membanggakan. Prestasi-prestasi bibit muda Indonesia mungkin beberapa kali mencuat, tapi sebegitu mandekkah prestasi senior?

Di ajang Sea Games kali ini, PSSI menunjuk timnas U-23 untuk tampil dengan pelatih kepala yang cukup banyak pengalaman, Rahmad Darmawan. Publik menebak-nebak, inikah ajang pertaruhan ataukah ajang penggemblengan bagi talenta muda Indonesia untuk berkiprah dalam ajang resmi antar negara. Tentu saja opini yang timbul sangat beragam, tergantung dari sudut pandang masing-masing personal. Rahmad Darmawan yang dianggap telah kenyang pengalaman dalam menyatukan berbagai macam tipikal dan karakter para pemain Indonesia, diharapkan mampu meracik komposisi tim bermental juara dan target medali emas adalah target mutlak yang harus dicapai di ajang Sea Games kali ini. Beruntung, bakat-bakat alam dari tanah Papua yang mempunyai daya pikat dalam persepakbolaan tanah air, yang sebelumnya jarang dilirik oleh Alfred Riedl, kini Rahmad Darmawan mampu memolesnya hingga dapat diandalkan sebagai kekuatan pasukan Garuda Muda.

Sudahlah kita akui saja, siapa yang haus akan medali emas dari sepakbola ini? Lebih dari 200juta orang yang cinta sepakbola maupun yang tidak mengerti sepakbola pun pastinya menginginkan kemenangan Indonesia di laga final melawan Malaysia nanti (pengecualian, bandar judi dan petaruhnya gk masuk hitungan jek). Lantas dukungan apa yang telah kita berikan terhadap timnas agar bisa berprestasi? Membeli kostum timnas seharga 40 ribu? Membeli tiket VVIP seharga satu juta? Mengecat muka atau seluruh badan dengan nuansa merah-putih? Itu semua belum cukup jek, bila hati kita tak sepenuhnya terfokus untuk mendukung timnas. Contoh sederhana adalah sebagai berikut :

1. Barisan suporter A mempropagandakan tidak akan datang ke stadion karena merasa tim A mendapat perlakuan tidak adil. Catat, nasionalisme mendukung timnas tergadaikan dengan sebuah kepentingan bagi klub yang diidolakannya.

2. Kelompok suporter tidak mau menonton laga timnas kalau timnas masih dilatih oleh si A, si B, si C. Banyak sekali pelatih impor yang menukangi timnas kita, dalam dua dekade terakhir kita bisa lihat antara lain ada nama Bernhard Schum, Peter White, Ivan Kolev, Alfred Riedl, Wim Rijsbergen, dll. Sedangkan pelatih lokal kita bisa lihat Danurwindo, Nandar Iskandar, Beny Dollo, Rahmad Darmawan. Terlepas dari nama-nama diatas, masih ada pula beberapa staff seperti asisten pelatih, pelatih fisik, pelatih kiper, psikologi, dll yang tentu saja wajib bekerjasama dengan pelatih kepala. Sebagai suporter pasti yang diharapkan adalah hasil, tapi pernahkah kita sebagai suporter menanyakan tentang strategi yang akan dijalankan di pertandingan dan bagaimana evaluasi di lapangan, sudah sinkron kah? (bahkan kita gk tau jek, strategi apa yg akan dipake pelatih sebelum pertandingan, apalagi evaluasi sinkronisasi) Total jendral, kita banyak menilai berdasarkan hasil semata.

3. Tidak mau menonton dan meracau tidak jelas karena si A, si B, si C tidak dimainkan atau bahkan tidak dipanggil memperkuat timnas. Sudahlah, semua intrik "pilih kasih" kita anggap berakhir setelah lengsernya era NH. Sekarang, asalkan pemain layak berkontribusi maka layak diberi kesempatan, namun bila kesempatan itu belum datang pasti pelatih mempunyai pertimbangan yang matang.

Jelang laga final Indonesia vs Malaysia

Bagi suporter yang "kurang" bisa memaksimalkan (hati) jiwa dan raganya untuk mendukung timnas, tentu saja hal terbaik yang bisa dilakukan adalah meracau dengan tema apapun. Tema-tema nonteknis seperti klub, personalitas, hingga yang perbandingan yang tidak masuk akal banyak menghiasi sekitar kita. Disadari atau tidak, hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi persiapan para suporter untuk mendukung timnas sesuai dengan kemampuannya. Sudahkah kita ramai membahas persiapan dan kesiapan timnas, baik dari segi fisik, stamina, moral, strategi, hingga aspek psikologis dan yang lain? Tema-tema nonteknis yang mengundang perdebatan tiada henti bukankah sebaiknya kita liburkan hingga Sea Games berakhir dulu? Untuk apa, agar para suporter bersatu padu demi mendukung timnas meraih prestasi. Kita lupakan sejenak segala polemik yang menghimpit persepakbolaan kita. Sudah terlalu banyak saya (kita) membuat artikel dengan judul berakhir tanda tanya (?), saatnya kini saya membuat artikel dengan judul berakhir tanda seru (!)

Artikel segera tayang :
"5 Pilar Kejayaan Sepakbola Indonesia"
(belum dibuat, insya Allah setelah Sea Games)

~~{[["P.S.K"]]}~~
Pengamat Sepakbola Koplak

oleh : Bubup Prameshwara, SH
(specialis humor)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun