Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Satu Kebohongan Kecil Media Saat Piala AFF

24 Oktober 2011   01:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:35 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Begitu hebatnya kekuatan media pada masa sekarang ini, bahkan dari awal reformasi '98 lalu pun media masa kini bisa dibilang lebih super power. Termasuk televisi, sesuai dengan namanya yang diambil dari kata "tele" dan "vision", maka televisi dapat digunakan untuk menyampaikan visi-visi tertentu dalam jarak jauh sekalipun. Dengan kondisi sosial masyarakat yang menganggap televisi adalah "all in one" untuk mengikuti hiburan dan berita yang murah, maka diperlukanlah sebuah lembaga atau institusi yang seharusnya mengontrol tanpa harus mendikte. Sayangnya, kontrol terhadap media televisi Indonesia yang seharusnya dipegang oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terkesan sangat lemah.

Makin bertambah melenceng lagi apabila televisi (pemilik) mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu terhadap suatu polemik yang tercipta. Cara yang sangat mudah menggiring opini publik untuk mengamankan kepentingan "mereka", cukup dengan mengundang narasumber yang dinilai menguntungkan, bila perlu didatangkan narasumber yang berseberangan (biar dikatakan objektif) namun tak sebanding dengan narasumber yang pro. Kondisi seperti ini dilengkapi pula dengan pemberitaan yang berat sebelah, maka tanpa harus memaksakan sesuatu, opini publik secara sadar maupun tak sadar sudah sedikit demi sedikit terarahkan ke hal-hal yang menguntungkan.

Agaknya konflik yang terjadi di dunia sepakbola kita juga tengah menjalar hingga masuk ke dalam unsur politis. Tentu saja stasiun televisi yang mempunyai kepentingan dengan hal ini akan berupaya menggiring opini publik, diantaranya dengan cara-cara yang telah disebutkan diatas. Persoalan sepakbola nasional yang sebelumnya sudah karut marut, sekarang makin diperuncing dengan kondisi ribut sana-sini. Padahal orang-orang yang ribut tersebut belum tentu paham mengenai permasalahan yang diributkan. Sebagai contoh adalah Harbiansyah yang selama ini termasuk paling vokal ribut-ribut, tadi malam di salah satu stasiun televisi swasta mengatakan bahwa Persisam Samarinda hanya akan mau berlaga di ISL. Sayang seribu sayang, ketika Harbiansyah akan menyebutkan kepanjangan dari ISL, dia tiba-tiba jadi gagap (azis kaleee) tidak tahu apa kepanjangan dari ISL. Beruntung seseorang dibalik kamera menyebutkan (jelas terdengar, lha wong nyaring koq) sembari berteriak "Indonesia Super League". Sangat aneh bukan, seseorang meributkan sesuatu tapi dia tidak tahu hal kecil yang bisa dibilang sangat vital ini.

Menyikapi ribut-ribut di media tentang persepakbolaan nasional kita ini, saya jadi teringat saat gelaran Piala AFF Desember lalu. Beberapa teman yang mengajak saya ke Senayan terpaksa saya tolak karena terkendala pekerjaan, jadi saya memutuskan untuk menonton di layar televisi saja. Ada satu hal yang sangat menyita perhatian saya ketika teman saya pulang dan menceritakan apa yang terjadi di Senayan tempo hari. Beginilah kira-kira yang dia gambarkan tentang yang terjadi di Senayan :

Saat banyak sekali suporter dari berbagai daerah memadati kawasan Senayan sehari sebelum laga digelar, banyak diantara mereka menginap di luar stadion dengan alas seadanya. Ketika pagi-pagi bangun, saya kaget ternyata banyak wartawan sibuk wara-wiri di kawasan stadion. Saat kami nongkrong-nongkrong gitu, datang wartawan dan menyampaikan maksud ingin melakukan wawancara. Tapi wartawan dan kru itu minta kami untuk pura-pura tidur dulu, lalu biar wartawan tersebut yang pura-pura membangunkan kami dari tidur (ciee cieee mirip putri salju aja coy)

Memang sisi positif dari gaya pemberitaan diatas dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih mendukung timnas yang berlaga di Piala AFF, namun hal itu menjadi lain apabila gaya pemberitaan tersebut dibumbui dengan kepentingan terselubung. Saya juga tidak akan berbicara apakah wawancara dengan gaya seperti itu melanggar kaidah jurnalistik atau tidak, karena itu mungkin ada di pokok bahasan yang lain.

Nah, ternyata ada permainan dari media untuk menggiring opini publik seperti diatas, meski kenyataan diatas hanyalah memberi pengaruh kecil, namun bila dari hal-hal kecil seperti itu dibiasakan, maka tak heran bila nantinya akan menjelma menjadi sesuatu yang besar atau istilah kasarnya adalah"berita pesanan". Entah siapa yang harusnya bisa mengontrol media baik dalam hal tampilan yang disiarkan maupun di belakang layar saat melakukan liputan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun