Jelang peringatan Hari Bumi yang akan diperingati besok (Jumat, 22 April 2011), bangsa Indonesia boleh berbangga karena salah satu putra bangsa ini mendapatkan penghargaan dalam bidang pelestarian lingkungan hidup dari dunia internasional. Orang tersebut adalah Prigi Arisandi, pria kelahiran 24 Januari 1976 yang merupakan lulusan Universitas Airlangga jurusan Biologi.
Prigi yang kini menjabat direktur Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON : Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah), memperoleh penghargaan The Goldman Environment Prize 2011 yang acaranya digelar 11 April lalu di San Francisco Opera House. Prigi menjadi salah satu dari enam orang penerima penghargaan The Goldman Enviroment Prize 2011. Tak hanya sekedar mendapatkan penghargaan, Prigi bersama 5 orang lainnya berkesempatan menghadiri undangan ke Gedung Putih untuk bertemu secara langsung orang nomor satu di AS, Presiden Barack Obama.
"Tadinya saya dijadwalkan untuk bertemu Hillary Clinton, tapi entah kenapa malah ketemu pak presiden", papar Prigi kepada wartawan detikcom pada Minggu 17 April lalu.
Prigi juga menceritakan awal pertemuannya dengan Barack Obama, dengan perasaan sukacita dia menceritakan dirinya ketika pertama kali menyapa Barack Obama.
"Selamat siang pak", Obama langsung menjawab dalam bahasa "Oh, selamat siang. Anda dari mana ? Dari Jakarta ?". Dan saya jawab, "Bukan pak, saya dari Surabaya".
Rekam jejak Prigi Arisandi
Pertumbuhan industri yang demikin pesat yang terjadi di Surabaya sejak dekade 80-an menjadi perhatian khusus oleh Prigi beserta kawan-kawannya. Dengan banyaknya pabrik yang membuang limbah secara langsung ke Kali Surabaya tanpa pengolahan limbah terlebih dulu, maka dengan ini menyebabkan kadar merkuri yang terkandung di Kali Surabaya menjadi 100X lebih besar dari ambang batas aman yang telah ditetapkan sesuai standart Badan Kesehatan Dunia, WHO. Kondisi inipun diperparah dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat di sekitar aliran Kali Surabaya yang sepanjang 41 km, karena masih banyak masyarakat yang dengan sengaja membuang sampah dan limbah rumah tamgga yang lain secara langsung ke aliran sungai ini.
Keadaan menjadi sedikit demi sedikit membaik mulai tahun 2007 saat Prigi dan teman-temannya mendirikan ECOTON. Bersama teman-temannya, Prigi berkeliling susah payah demi mendapatkan dana untuk membiayai penelitiannya di aliran Kali Surabaya. Prigi dan teman-temannya pun aktif berkampanye kepada warga sekitar mengenai pencemaran limbah, dampak limbah, dan solusi sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Tak hanya kepada warga, aksi kampanye ini juga mendatangi sekolah-sekolah untuk menanamkan kepedulian terhadap lingkungan hidup kepada anak-anak sekolah yang notabene adalah generasi penerus bangsa.
Selain ini merupakan tugas pemerintah untuk melakukan pengawasan, namun Prigi juga menekankan masyarakat untuk turut aktif dalam memelihara lingkungan hidup. Peran serta masyarakat inipun sebenarnya mudah dilakukan meski perlu kepedulian yang lebih, karena wujud kepedulian ini bisa berupa hal-hal sederhana misalnya ikut menjaga dan aktif melaporkan hal-hal kecil mengenai perubahan-perubahan gejala yang dialami aliran sungai ini. Uniknya, Prigi juga menggagas dan mendidik anak-anak di sekitar aliran Kali Surabaya untuk dijadikan detektif Kali Surabaya.
Peran aktif menjaga lingkungan
Mengenai pelestarian lingkungan hidup, sebenarnya sudah banyak perundangan dan kebijakan pemerintah yang mengatur tentang hal tersebut. Namun dalam pelaksanaannya terkesan hanya sebuah retorika di pusat saja, tak aktif menyentuh hingga tingkat akar-rumput. Bisa kita bayangkan seandainya kota metropolitan Jakarta mempunyai banyak orang dengan kepedulian seperti Prigi Arisandi ini, dipastikan Jakarta secara perlahan akan lebih terjaga lingkungannya. Karena hal tersebut tak akan terjadi bila tak ada kepedulian dari semua lapisan masyarkat, kesadaran dimulai dari diri sendiri. Semoga kita termasuk orang-orang yang mau menjaga kelestarian alam yang semakin tua ini.