Mohon tunggu...
buaya dayat
buaya dayat Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas (Iklan, skenario, dll.)

Penulis lepas yang menulis apa saja sesuai kata hati dan bisa berkompromi menulis apa pun sesuai permintaan klien.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nama Anak Harus Unik?

30 Januari 2025   18:04 Diperbarui: 30 Januari 2025   18:04 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

William Shakespeare pernah bilang, apalah arti sebuah nama? Mawar tetaplah bunga jika namanya bukan mawar, bukan?

Pencerita masa silam ini tak pernah menyandang nama berbau 'arab' (baca: Islam) sepertiku, sih. Aku pernah tertahan di imigrasi Singapura hanya karena namaku, konon katanya mirip 'teroris' yang dicari di sana. Itulah yang membuat alam bawah sadarku menamakan nama anakku menghindari bahasa Arab. Tentu tanpa meninggalkan prinsip yang kupegang: nama adalah doa dan pengharapan.

Cerita soal nama ini kembali menarik saat ada berita dengan gambar seperti di atas. Reaksiku pertama kali melihat gambar tersebut adalah nyengir, apalagi nama kedua yang menyematkan bagian dari namaku: Covid Hidayat.

Reaksi yang menyusul adalah nggak habis pikir, apa yang dipikirkan para orangtua yang memberi nama anak serupa ini? Apalagi setelah melihat nama ke-4, 8 dan 9.

Baiklah kita lihat nama ke-4: Dinas Komunikasi Informatika Statistik?! Bayangkan nama instansi tempat sang ayah mencari nafkah jadi nama buah hati. Nama itu melekat seumur hidup, menjadi doa untuk sang jabang bayi. Apa jadinya jika namanya seperti ini?

Aku adalah pelamun kelas wahid, aku membayangkan bagaimana jika orangtuanya dipecat dari instansi tempatnya bekerja? Apakah nama anaknya akan ikut berhenti dipakai dan diganti nama kantor yang baru?

Kubayangkan jika nama anakku adalah nama kantor tempatku pernah bekerja, akan ada tiga pilihan: Lowe Indonesia atau Dwi Sapta atau Dentsu? Hmm, Dwi Sapta sepertinya masih cukup wajar dan layak jadi pilihan nama di Indonesia, ini mungkin karena pemilik perusahaan Dwi Sapta Advertising, berdarah asli Indonesia.

***

Baiklah kulanjutkan pemikiran isengku tentang nama menggunakan instansi sang ayah. Dengan nama sepanjang dan seajaib nomor 4, bagaimana kelak anak itu akan dipanggil? Ternyata media memberikan jawaban lewat berita lanjutan. Sebuah wawancara dengan ayahnya sendiri, si pemberi nama. Beliau memanggil anaknya ini dengan sebutan Dinko.

Lebih jauh, sang ayah juga memberi alasan mengapa memberi nama anaknya 'seaneh' itu. Ternyata ini adalah bagian dari nazarnya, setelah bekerja sebagai honorer di Dinas Komunikasi sejak 2003 dan diangkat sebagai ASN pada 2009. Nama itu diberikan sebagai bentuk kebanggaan dan bukti perjuangan dalam menafkahi anak istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun