Kadang ada saja khayalan yang mampir ke kepala saat tulisan macet di tengah jalan.Â
Begini isi lamunan saya: Kalau kamu jadi Presiden Indonesia dan diberi kesempatan menghapus satu  kebijakan dan membuat satu kebijakan baru tanpa menambah anggaran belanja negara. Apa yang kamu pikirkan?
Jawaban saya mungkin terdengar pretensius dan sok kutu buku, sok keren dan segala macam. Tetapi sungguh mati saya  ingin menjawab: Ganti Program Makan Bergizi Gratis dengan Bacaan Bergizi Gratis!
Tenang. Saya bukan pemimpin otoriter, setidaknya begitulah yang saya bayangkan. Saya tak akan menghapus sepenuhnya Makan Bergizi Gratis (selanjutnya akan disebut MBG). Yang pasti anggarannya, yang menurut berita terakhir mencapai 100 triliun untuk 82,9 juta anak Indonesia, akan saya gunakan dengan hati-hati.
Alarm kehati-hatian ini muncul saat saya membaca, ada wacana liar dari Ketua DPD RI Sultan B. Najamuddin untuk menggunakan dana zakat sebagai bagian pembiayaan MBG. Sebuah usulan yang menerima banyak kritikan belakangan ini.
Tak ada asap jika tak ada api, jadi besar kemungkinan ada kekhawatiran dari pemerintah pusat mengenai pembiayaan MBG yang super jumbo ini.
Nah, kembali ke khayalan. Sebagai Presiden saya akan mengubah MBG menjadi KBG (Kudapan Bergizi Gratis), cukup makanan kecil/buah plus susu. Mencontoh cara Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Bayangan saya, jika hanya dua jenis saja, bisa dilaksanakan secara mandiri oleh daerah masing-masing. Bahkan jenis kudapannya bisa disesuaikan dengan citarasa daerah masing-masing, tentu saja dengan tetap memperhatikan nilai gizi kudapan yang dimaksud.
Nah, saya bayangkan karena MBG menjadi jauh lebih hemat setelah jadi KBG, sisa dana akan saya pakai untuk program baru: BBG (Bacaan Bergizi Gratis).
Kenapa Bacaan? Sebab, otak orangtua saya khawatir melihat orang-orang (bukan hanya generasi sekarang) mulai menjadi manusia penonton bukan pembaca. Padahal banyak penelitian menunjukkan, membaca lebih baik karena lebih banyak melibatkan dan meningkatkan aktivitas otak.