Mohon tunggu...
buaya dayat
buaya dayat Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas (Iklan, skenario, dll.)

Penulis lepas yang menulis apa saja sesuai kata hati dan bisa berkompromi menulis apa pun sesuai permintaan klien.

Selanjutnya

Tutup

Film

Sleep Call: Emang Boleh Film Se-ANJ**G Ini?

7 September 2023   09:39 Diperbarui: 7 September 2023   09:50 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Kemarin malam (6 September 2023) saya dan istri menghadiri undangan Gala Premiere Film Sleep Call.  Konon film yang baik adalah film yang meninggalkan pesan dan kesan mendalam pada penontonnya.  Nah, film Sleep Call yang disutradarai Fajar Nugros ini bikin saya dan istri membahasnya sepanjang perjalanan pulang.  Film ini menggabungkan dua fenomena zaman sekarang: Dating Apps dan Pinjaman Online (Pinjol).

Film produksi IDN Pictures ini premisnya miris, Dina (diperankan Laura Basuki) demi merawat ibunya yang gila sampai terjerat pinjol dan terpaksa bekerja di Kantor Pinjol untuk melunasinya.  Sleep Call-an dengan Rama (Bio One) adalah sedikit rasa manis untuk mengisi kesehariannya yang tragis.

Film dibuka dengan adegan yang ANJ**G, seakan menandai bahwa ini bukan kisah yang main-main.  Selanjutnya kita diajak masuk ke jantung Kantor Pinjol yang berada di pinggir rel kereta, di sana penuh manusia biasa yang dipaksa jadi pemangsa manusia lainnya dengan menebarkan jaring hutang yang penuh jebakan.  Jika perkantoran lain punya ritual senam pagi atau apel pagi, maka di perusahaan pinjol ini ada ritual komikal yang menjadi penanda tensi filmnya.  Rutinitas yang tadinya lucu ini lama-lama terasa ANJ**G! 

Fajar sepertinya senang bermain dengan tanda-tanda.  Suara alarm hp dan air mendidih yang berulang-ulang makin lama terasa semakin mendesak, seiring keadaan Dina yang makin terdesak.  Ingin meledak!

Di sini Laura Basuki memperlihatkan rentang akting yang istimewa.  Mulai dari spektrum dialog menggemaskan semacam; "jangan direkam", "aku belum mandi", "masih mau ngobrol" saat ia sleep call-an hingga ke sisi paling ekstrim yang bisa kita bayangkan dari perempuan seimut Laura Basuki. 

Jika di dunia pinjol konsumennya diperas hingga kering, di sini Fajar Nugros seperti memeras habis-habisan seorang Laura Basuki.  Betapa tidak, dari 164 scene 160 di antaranya ada Laura Basuki di dalamnya.  Mungkin ini sebagai kompensasi dari penantian panjang sang sutradara menunggu reuninya  dengan Laura Basuki. (Film pertama mereka, Terbang: Menembus Langit, 2018).

Cast lain tak kalah cemerlang.  Saya sampai lupa kalau Della Dartyan pernah tampil menggoda di Love for Sale, di sini ia berperan sebagai Bela, Mbak-Mbak pegawai pinjol yang sungguh ngocol.  Comic relief ada pada Benidictivity yang memang seorang komika dilengkapi Dimas Danang sebagai IT kaku dan di luar dugaan saya bisa sengakak itu dengan dialog-dialog Rachel Vennya.  Jika skenario Husein M. Atmodjo yang akrab disapa Monji pada scene antara Dina dan Rama terkesan filosofis puitis ala anak senja, maka pada geng kantor dialognya lincah, penuh ironi yang mengocok perut dan tak jarang menohok.  Geng Kantor Pinjol ini sungguh layak dibuatkan spin off atau series-nya.

Di jajaran pemeran yang lain, Kristo immanuel (Bayu) tampil solid.  Setelah menjilat Putri Marino di film The Big 4 maka di Sleep Call Kristo seperti memenuhi takdir sebagai calon aktor besar.  Ia banyak berperan pada perubahan karakter Dina.  Kristo juga menang banyak di film ini dan kita para cowok hanya bisa mengucap ANJ**G dengan iri dengki.

Ini adalah tipe film yang semakin sedikit kita tahu akan semakin nikmat sensasi menontonnya.  Yang pasti, buat saya pribadi ini adalah film terbaik Fajar Nugros, melewati pencapaiannya di film Inang,  kisah ini terasa lebih dekat.  Kehadiran film ini seolah menyegarkan tema cerita yang 'itu-itu saja'.  Jika biasanya kita disuguhi drama cinta-cintaan atau horor setan-setanan.  Maka Sleep Call meramu fenomena di masyarakat, drama membumi dengan rasa horor yang makin terasa meneror justru karena tak ada setan yang dilibatkan.  Membuat rasa takut terasa makin dekat, makin melekat.  Anda punya cukup nyali untuk mencoba?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun