KASEPUHAN INTI
Kejawen
Pertama : Sopo weruh sariraning pribadi sasad sugih pager wesi (horizontal)
Kedua : Sopo weruh sariraning pribadi sasad weruh pangerane (vertical)
Yesus Sang Isa Rohullah Almasih melahirkan hukum kasih.
Pertama : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Kedua : Kasihilah Tuhanmu dengan segenap isi hatimu.
Musa Sang Nabi
Dengan Sepuluh Hukum Perkara atau Ten Commandement yang sangat terkenal.
Sang Nabi Muhammad SAW
Beliau hadir dengan Hukum Kelima tentang Islam.
Di sini aku akan mengupas sekilas saja, tentang nasihat Sang Simbah almarhum tentang pemahaman hidupnya mengenai Kejawen.
Ajaran Kejawen Kasepuhan Sejati mengejar dua hal di atas yaitu tentang Kaweruh Sariraning Pribadi. Mengejar tentang Sarira, jati diri, sang manusia.
Pertama, bagaimana mengejawantahkan pemahaman dua hal tersebut agar nyaman dalam kehidupan, lalu lahirlah Sebelas Tembang (Mijil sampai Pucung) yang sudah kuuraikan satu persatu di Forum Kompasiana tercinta. Sudah saya kupas habis sampai kesebelasnya terurai.
Mengapa dengan wahana Tembang?
Para sepuh dan leluhur kita paling tidak suka menggurui tanpa mengamalkan dan melakoni lebih dulu, maka sejak anaknya lahir, tembang itu sudah mengalir di kehidupan Sang Mijil. Dengan mendendangkan lagu merdu di telinga sang bayi yang baru lahir, maka ajaran itu menyentuh jiwa terdalam. Muncullah generasi manis budi dan lembut bahasa. Mengajarkan tanpa menggurui, menasihati tanpa memaksa, tapi diawali dengan keikhlasan, ketulusan sejati.
Dalam Babad Tanah Jawi, muncul dua tokoh dengan nama, Panjawi dan Pamanahan. Benarkah kedua tokoh ini ada? Apakah Sang Tingkir memang ada?
Panjawi berarti urusan luar, badan, wadag, fisik manusia, bahasa agamanya (Tubuh Jasmani).
Pamanahan berarti urusan dalam, manah, hati, pikiran, perasaan, batin, jiwa, rohani, spirit manusia (Tubuh Rohani).
Anduporo, pasemon ini diharapkan sampai ke anak cucu, agar sampai kapan pun, manusia memiliki keberimbangan dalam menjalankan kehidupan. Jasmani dan Rohani harus imbang. Kehidupan Jasmani dipelihara dengan makan dan minum secara teratur. Kehidupan Rohani dipelihara dengan sikap hning. Maka ada Heneng, Hning, Hnung dan Hnang. Penjabaran keempat philosophy Jawa ini ada di Film Kuntilanak 3.
Saat membangun suatu bangunan, para sepuh selalu menciptakan tiga bagian, yaitu Pendopo, Pringgitan dan Yosodalem. Ketiga bangunan yang menjadi kesatuan sebagai pralambang kehidupan Jasmani, Rohani, dan Pribadi. Bangunan selalu mengerucut melambangkan Meru agar selalu ingat dengan Pangerane yo Gusti Allah Kang Murbehing Dumadi.
Jadi intinya pelajaran dan ajaran Kejawen adalah membangun citarasa Jasmani dan Rohani agar berimbang dengan cara halus budi! Kampungasem Maret 8, 2010 11:32 PM
Buanergis Muryono, narasumber : Simbahku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H