menatap langit kelam dengan awan-awan putih... bintang-bintang gemerlap tersaput awan yang melintas sangat perlahan oleh buaian angin. Aku mencari bintang di atas kepalaku yang sudah mulai ke timur... sudah pagi... ia tidak mau telat buat bersinar cemerlang sebagai Panjer Esuk. Ia bintangku yang tidak boleh kulepas walau dengan pandang setiap ujung malam. Tapi kau jangan keluar... terlalu dingin menusuk ini udara. Tusuklah jiwaku dengan ujung cinta kasihmu, agar lukanya abadi menjadi benih-benih cinta sejati. Cintamu dan cintaku... masih di langit... tidak pernah berkurang... tidak pernah berlebih... cukup... selagi hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H