Aku tersenyum pada danau...ingin kujawab, tapi geliat ikan-ikan kecil mewakili raga dan jiwaku. Mereka menggeliat, melompat, berenang kesana-kemari, seperti bilang, sudahlah, kau di situ saja, saudaraku.
Telaga kian mengaca gelombang.
Danau menyerukan senandung sendu.
Aku merunduk, meraup wajah saat ditawarkan aneka kearifanNya.
Tulislah, saudaraku...dengan tulisanmu, engkau sampai di mana-mana walau dirimu tetap bersamaku di sisi danau. Bunuhlah rindumu menuju hiruk-pikuk kepalsuan dunia kota. Ledakkan murkamu agar menjadi serpih-serpih kasih sejati, supaya dipungut mereka...yang mau....
Ya, Allah...tetaplah diam di diriku, hidupku adalah kotoran hitam di ujung kukumu, ketika aku terbang sebagai debu. Baiklah, aku mau menjadi kabutMu!
Buanergis Muryono, Setu Tonjong, Bojonggede, Bogor, Jawa Barat Indonesia - Renungan Zaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H