S I N O M
Bocah Enom
Sifating Bocah Nom
Anak Muda
Sifat Anak Muda :
Penuh cita-cita
Penuh semangat
Penuh kekuatan
Penuh inspirasi
Penuh aspirasi
Penuh tenaga
Penuh kecerdasan
Penuh cobaan
Penuh tantangan
Penuh keinginan
Inilah jiwa muda yang tergambar dan diejawantahkan leluhur melalui Tembang Jawa Sinom. Selain menggambarkan ‘bocah enom’, sinom memiliki makna konotatif tentang yang muda, ranum, segar. Seperti pucuk-pucuk daun yang bermanfaat dijadikan kudapan atau lalapan. Pucuk daun, tunas muda nan tumbuh bersemi agar kuat, berkembang, memunculkan putik-putik bunga sebelum akhirnya berkembang dengan buah-buah segar.
Sinom adalah kekuatan masa depan. Generasi muda merupakan kekuatan, jadi membiarkan generasi muda lahir tanpa tatanan dan aturan ritual suci, akibatnya buruk sekali. Generasi ‘bubrah’ seperti sekarang ini. Simbahku… engkau sudah tidak mendendangkan tembang-tembangmu, tapi kau selalu bersamaku. Saat kutuliskan wasiatmu ini, kudengar kembali serak-serak basah, merdu mendayu alunan suaramu. “Ingsun iki, dadiyo manuso jati/kang weruh padang sajroning petheng/ kang biso maringi sunar mring pepeting pedhut/ kang bisa anyebar gondho wangi/ yo sliraku manuso jati/”
Tokoh Anoman sebetulnya bukan sekedar nama, tapi anduporo/pasemon/ kiasan, di mana seseorang harus selalu memiliki semangat perjuangan dalam menempuh hidup tanpa mengindahkan kepentingan diri sendiri, tapi melulu memikirkan banyak hal buat kepentingan bersama.
Ketika Anoman menuju Alengka, dia harus berhadapan dengan Rahwana agar bisa membebaskan Sang Dewi Shinta isteri Sang Rama, bukan isteri Anoman. Buat apa sampai Alengka terbakar? Untuk siapa Anoman mengorbankan segala? Bukan untuk dirinya sendiri namun buat sesamanya yang tertindas dan terinjak oleh Sang Raksasa.
Ini juga gambaran sekarang, ketika bumi Nusantara, bumi pertiwi, si Indonesia sudah dihuni para raksasa… ingin menyingkirkan para manusia berjiwa Anoman. Para manusia berjiwa Anoman tersingkir bahkan jauh dari panggung politik. Seluruh sudut kehidupan yang penting sudah dikuasai penipu, pembohong, manusia munafik. Keculasan merajalela, para pengabdi spiritual hanya kelihatan busananya semata. Ucapan dan tindakannya jauh dari kesucian, ketulusan dan keikhlasan.
Dengan apakah luka parah Bunda Pertiwi bisa disembuhkan? Masihkah ada yang jujur? Tersisakah jiwa kebenaran? Adakah Kanoman Sejati? Bahkan… Tembang Sinom pun tidak dikenal lagi… oleh anak cucu yang lahir di Bumi Nuasantara ini! Siapakah mendengarkan keluhan ini? Di manakah harus dijatuhkan air mata perih….
Anak-anak muda… peganglah kisah leluhur Tanah Jawi, agar emosi dan ekspresimu terkendali! Datanglah pada Bapa Resi, yang akan memberikan petunjuk demi lestarinya manusia di bumi!
Buanergis Muryono, Kebon Pala, Jumat 19 Maret 2010 3.00 AM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H