1 Juli Polri kembali lagi merayakan ulang tahunnya yang ke 68. 68 tahun, bukan usia yang main - main. usia yang apabila dipersonifikasikan sudah memasuki usia sepuh, tua atau menjelang pikun. 68 tahun ini harus menjadi sebuah catatan bagi institusi ini, apa saja yang sudah dilakukan oleh Polri.
Pada saat kelahirannya dulu Polri merupakan ujung tombak perjuangan bangsa ini, disaat TNI belum punya senjata, Polisilah pasukan pertama di republik ini yang telah memiliki senjata lengkap, ditambah militansi dan loyalitas dari para personil kepolisian tersebut kepada republik Indonesia yang kala itu baru lahir.
Prestasi demi prestasi demi prestasi itu kemudian surut seiring dengan masuknya Polri ke angkatan bersenjata. Sebuah ide yang cukup aneh di dunia penegakkan hukum. Polri akhirnya sama dengan teman - temannya yang lain. Kaku, kasar, dan tidak humanis. Sebuah karakter yang lebih cocok dilekatkan kepada militer daripada sebuah institusi penegak hukum dan penjaga keamanan.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat pun sepertinya lupa akan segala prestasi Polri pada saat kelahirannya. Polri dimata masyarakat hanya sebuah institusi yang keberadaannya kalau dibilang "nggak ngefek" . bahkan masyarakat lebih suka menyewa satpam daripada menelepon polsek maupun Polres. Bahkan berurusan dengan Polri merupakan sebuah hal yang mengerikan, jauh dari menyenangkan, bahkan kalau bisa dihindari.
ya, Polri sudah tua, sudah sakit - sakitan. Namun, bukan berarti Polri belum pernah punya arti di negeri ini. Mungkin apabila Polri baru berumur 9 tahun seperti institusi paling top di negeri ini a.k.a Komisi Pemberantasan Korupsi, prestasi Polri bisa jadi imbang - imbang saja atau bahkan bisa jadi lebih dari Komisi tersebut.
Umur 68 tahun harusnya menjadi catatan, bahwa Polri sudah sangat tua, dan harus segera disegarkan dengan pemikiran - pemikiran baru, cara - cara baru, mindset atau cara berfikir yang baru. Polri harus segera tampil beda. Seperti institusi - instusi yang baru mereformasi cara bekerjanya, dan berhasil, seperti garuda Indonesia, Bank Mandiri dan lain - lain.
Polri memang bukan institusi bisnis, namun yang dilayani Polri sama dengan institusi bisnis tersebut, yaitu masyarakat yang sifatnya dinamis. Polri perlu melepaskan diri dari kungkungan kekakuan dalam menyusun organisasi dan membina personilnya lagi.
Dan, pemerintah pun harus sadar bahwa menyamakan institusi Polisi dengan militer merupakan sebuah bunuh diri konstitusional. Sifat Operasi Polri adalah 24 jam dalam sehari, 360 hari dalam setahun dan harus melayani mulai dari anak kecil sampai orang yang sudah jompo. sebuah operasi yang cukup melelahkan, yang apabila tidak ditunjang dengan anggaran yang cukup, serta paket kesejahteraan yang baik untuk personilnya akan berujung kepada penyalahgunaan. Berbeda dengan militer yang sifat operasinya insidentil dan selebihnya adalah pergelaran kekuatan atau pembinaan kedalam.
Berbicara tentang kesejahteraan sebagai aparat penegak hukum, Kita boleh lagi melihat Komisi Pemberantasan Korupsi dengan segala keberhasilannya. Penyidik Mereka bergaji tidak kurang dari dua puluh juta perbulan, adanya paket kesehatan kelas satu, dan dana operasional yang tidak mengganggu gaji mereka. saya tahu itu karena saya pernah disana. Kita bandingkan dengan penyidik Polri yang hanya bergaji empat koma tujuh juta, dan terkadang uang itupun terpakai untuk kegiatan operasional karena ketiadaan dukungan dana. Dengan kesenjangan kesejahteraan seperti itu, kita lihat siapa yang lebih mendapat hati dimasyarakat, KPK atau Polri ?
Polri sudah tua, mungkin menjelang pikun, bahkan mungkin menjelang kematiannya. Tapi institusi Polri tidak mungkin dibubarkan dari negeri ini, karena dengan alasan minimnya prestasi dan segudang kesalahan yang dilakukan oleh oknum - oknum di tubuh kepolisian. Bangsa ini harus memikirkan bagaimana agar terjadi POLRI REBORN. kelahiran kembali institusi Polri yang benar - benar memenuhi standar internasional sebagai institusi kepolisian, baik dari segi profesionalisme, maupun standar kesejahteraan personilnya.
Hari ini di trunojoyo upacara 1 Juli terjadi biasa saja. Tidak ada atraksi, atau kegiatan - kegiatan lain yang menarik perhatian mata. Hanya upacara, beberapa orang berdiri, menghormat, dan bubar, tidak ada yang spesial. Hanya sebuah upacara biasa saja. namun upacara tersebut adalah pengingat bahwa Polri masih ada, dan harus terus ada dengan segala kelemahan yang ada, dan mengingat bahwa Polri pun bisa, dan pernah, atau bahkan masih ada dihati orang yang dilayaninya, yaitu bangsa Indonesia.
Dirgahayu Polri ke 68