Mohon tunggu...
B Simbolon
B Simbolon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Kepemimpinan B.J Habibie

20 April 2024   23:10 Diperbarui: 20 April 2024   23:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

B.J. Habibie adalah salah satu tokoh yang sangat penting dalam sejarah Indonesia modern. Lahir pada 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, dia adalah seorang insinyur, ilmuwan, dan politikus yang memegang peran kunci dalam transformasi Indonesia dari rezim otoriter

Orde Baru ke demokrasi pasca-Orde Baru.Setelah menyelesaikan pendidikan teknik pesawat terbang di Technische Hochschule Aachen Jerman, pada tahun 1960, Habibie bergabung dengan perusahaan pesawat terbang Jerman, Messerschmitt-Blkow-Blohm (MBB), di mana dia mengembangkan keahliannya dalam bidang teknik pesawat terbang. Kembali ke Indonesia pada tahun 1974, dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi oleh Presiden Soeharto. Sebagai menteri, dia memperjuangkan pengembangan teknologi dan industri nasional, terutama dalam industri pesawat terbang.

Namun, kontribusi terbesarnya bagi Indonesia adalah saat dia menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3 setelah pengunduran diri Soeharto pada tahun 1998. Habibie hanya menjabat selama 17 bulan, tetapi masa kepresidenannya dipenuhi dengan reformasi besar-besaran, termasuk kebebasan pers, pemulihan hak politik, dan persiapan pemilihan umum yang bebas dan adil. Dia juga mengumumkan referendum otonomi di Timor Timur, yang kemudian mengarah pada kemerdekaan wilayah tersebut sebagai Timor Leste.

Selain itu, Habibie juga dikenal karena kebijakan ekonominya yang progresif, termasuk penghapusan monopoli, deregulasi, dan privatisasi industri. Namun, masa kepresidenannya juga diwarnai oleh kritik atas beberapa kebijakan kontroversialnya, seperti kebijakan moneter yang kurang berhasil dan pengeluaran besar-besaran untuk proyek-proyek infrastruktur.

Meskipun tidak berhasil dalam pencalonan kembali pada tahun 1999, Habibie tetap aktif dalam bidang pembangunan nasional dan pendidikan. Dia mendirikan Yayasan Habibie & Ainun yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan inovasi teknologi. Selain itu, dia juga dikenal sebagai penulis dan pembicara yang berpengaruh tentang isu-isu kebangsaan dan teknologi.

B.J. Habibie meninggal dunia pada 11 September 2019, meninggalkan warisan besar sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Indonesia modern, yang tidak hanya mengubah wajah politik dan ekonomi negara tersebut, tetapi juga mempengaruhi arah perkembangan teknologi dan inovasi di Indonesia.

Fleksibilitas Kepemimpinan yang Baik

Teori Kepemimpinan Situasional, yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif adalah yang mampu beradaptasi dengan situasi dan kebutuhan yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan yang efektif harus sesuai dengan tingkat kematangan atau kemampuan bawahan serta situasi yang dihadapi.

Dalam konteks kepemimpinan B.J. Habibie, fleksibilitas kepemimpinan yang baik terlihat dalam cara dia menanggapi berbagai situasi yang dihadapinya selama masa kepresidenannya. Pertama, dia mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan tekanan politik yang dihadapinya. Setelah menggantikan Soeharto sebagai presiden, Habibie berada di bawah tekanan besar untuk melakukan reformasi politik yang mendesak. Dia mengakomodasi tuntutan masyarakat akan kebebasan politik dengan membuka ruang politik yang lebih besar, mengizinkan berbagai partai politik untuk aktif, dan memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan umum yang lebih terbuka dan adil.

Kedua, Habibie juga menyesuaikan gaya kepemimpinannya dalam menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks. Masa kepresidenannya ditandai dengan krisis ekonomi yang serius, baik di tingkat domestik maupun global. Dalam mengatasi tantangan ini, dia mengambi langkah-langkah ekonomi yang progresif, seperti pembaharuan sistem moneter, pengurangan subsidi, dan deregulasi ekonomi. Kemampuannya untuk mengubah strategi dan taktik dala menghadapi kondisi ekonomi yang sulit menunjukkan fleksibilitasnya dalam merespons situasi yang berubah.

Pemimpin yang Adaptif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun