KKN Kolaborasi; Cerita Dibalik Miskin Pengalaman.
Dalam coretan ini narasi yang saya bangun bukan untuk menggambarkan kehidupan desa berkaitan dengan kebudayaan atau interaksi sosial. Tapi lebih menilai secara keseluruhan fenomena yang terjadi pada kita yang berada disini. Interaksi sosial dan budaya nanti akan dinarasikan kemudian hari.
Menjelang 4 hari saya sering melihat postingan-postingan baik itu dalam grub maupun Story Whats App (WA) dari teman-teman saya yang sementara menjalankan tugas pengabdian kepada masyarakat, katanya. Banyak dari mereka lebih menguatkan perihal Kuliah Kerja Nyantai.
Kebanyakan story menegaskan bahwa KKN itu kuliah kerja nyantai. Pergi ke pantai, ke tempat rekreasi mangrove, sungai, kebun, makan durian, kelapa muda, mangga dan lain sebagainya. Hal tersebut sering berterbangan ditime line WA saya.
Dari latar kehidupan kota yang hanya sering berpapasan dengan gedung tinggi, keramaian, macetnya kota, dan membeli buah-buahan dengan harga yang mahal, ketika bersua dengan indahnya pantai, hijau, dan indahnya ornamen-ornamen desa yang belum tersentuh dengan modernitas, jika tidak kegetan, main foto sana sini.
Di Kecamatan Helumo terdiri dari 3 bahasa; Mongondow, Sanger, Bolango dan Gorontalo. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang ada disini berasal dari 4 suku tersebut.
Meniru bahasa orang lain tentunya hal yang biasa. Dalam 4 hari berjalan kamipun mencoba belajar dialeg atau bahasa yang ada disini. Dari kata sapaan, sampai makian. Ada yang serius ingin mengumpulkan pengetahuan, tapi ada juga beberapa teman yang bermain-main dan dibuat candaan atau mimikri: meniru sambil mengolok-olok.
Misikin pengalaman membuat hal itu terjadi.
Duminanga, 04 Maret 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H