Mohon tunggu...
byunus
byunus Mohon Tunggu... Editor - Antara harapan & kenyataan

Titik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Episode II: Mimpi Yang Belum Usai

3 Maret 2020   09:19 Diperbarui: 3 Maret 2020   09:21 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disini terdapat tiga Rumah Ibadah yang dibangun secara berdekatan antara satu dengan yang lainnya. Yakni Masjid Amirul Mukminin, Gereja Bukit Hermon dan Pura Amerta Segare. Bangunan tersebut bediri ditanah milik pemerintah yang kurang lebih luasnya sekitaran 250 Hektar. Jika ditanya soal lahan tersebut, itu adalah lahan kosong yang status tanahnya bukan milik masyarakat ataupun subjek hukum yg lainnya. Tanah itu dulunya perkebunan kelapa. Jadi tidak ada pembebasan lahan, ataupun perampasan hak atas masyarakat. Beruntunglah.

Pembangunan rumah ibadah yang saling berdekatan tentu tak lepas dari wacana keragaman. Keragaman yang telah dirawat dari jauh-jauh hari oleh pendahulu-pendahulu kita. Keragaman salah satu cikal bakal Negara ini merdeka, saling bahu membahu, untuk mengusir para penjajah yang ada di Negeri ini tanpa menanyakan apa agamamu. Lebih kecil lagi kita tarik dalam proses bernegara. Saya mencoba meminjam apa yang dikatakan oleh Gus Dur bahwa "Tidak penting apapun Agamamu atau sukumu, Kalu kamu  bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu".

Disini Pemerintah melaksanakan program yaitu ibadah bersama yang dilakukan setiap hari Jumat pada Subuh hari. Umat Muslim melaksanakan sholat subuh di Masjid, umat Nasrani melaksanakan Ibadah subuh di Gereja dan begitupun Umat Hindu Melaksanakan Ibadah di Pura. Hal tersebut kita ketahui setelah berbincang-bincang dengan salah satu PNS yang ada dilokasi tersebut.

Selain dari itu ada juga ciri khas ketika kita memperhatikan Pegawai-Pegawai yang ada dilokasi perkantoran Panango, mereka seluruhnya menggunakan kopiah Nasional.  Ternyata, itu sudah menjadi identittas dari pegawai yang bekerja dikepemerintahan Bolaang Mongondow Selatan.

Terlepas dari segala "kepentingan" yang ada dibalik pembangunan tersebut, saya mencoba untuk mengambil salah satu nilai dari berbagai nilai yang bisa diambil dari penataan ruang yang sudah saya uraikan tadi. Yaitu perihal keragaman. Hal tersebut sudah patutnya kita rawat bersama. Ini adalah anugrah. Sebab, Perbedaan adalah Suatu Keniscayaan.

Sebenarnya ada juga hal yang menarik untuk dinarasikan persolan tata ruang dari perkantoran-perkantoran yang ada dilokasi ini. Dari Kantor Bupatinya yang dibangun lebih tinggi dari perkantoran-perkantoran yang lain, entah itu disengaja atau tidak, saya belum menelusuri lebih jauh soal itu. Saya dan teman saya fahrozin akrab disapa Oji mencoba untuk memakai nalar aktifis untuk bangunan tersebut. Untuk teman-teman yang biasa main dijalanan, mungkin sudah bisa menangkap apa yang kami berdua pikirkan, hhaa. Tapi itu nanti dinarasikan dilain tempat. Sebab, itu akan mengganggu kestabilan KKN kami dan juga narasi yang dibangun diatas, wkwkw.

Perjalanan kita pada Senin, 02 Maret 2020 ditutup dengan acara 7 hari atas meninggalnya salah satu warga desa Duminanga yang tidak jauh dari lokasi kita tinggal, posko 10.

Dan untuk hari ini kami kenyang, wkwkwk.

Sekian.
Senin, 2 Maret 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun