Mohon tunggu...
Hotgantina S
Hotgantina S Mohon Tunggu... Guru - Hidup untuk berbagi. Berbagi untuk hidup.

Pengajar yang terus belajar. Suka makan coklat, minum teh dan mendengar suara gitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Kelas 4 SD dan Kantong Plastik

25 Februari 2016   13:53 Diperbarui: 25 Februari 2016   14:23 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar: fromitbtoindonesia.wordpress.com/2011/06/27/kelompok-27-kotaku-cantik-tanpa-sampah-plastik/"][/caption]“Kita kan lagi belajar tentang kerusakan Sumber Daya Alam, salah satu limbah yang susah terurai adalah sampah yang terbuat dari plastik. Nah, saat ini pemerintah dan pengusaha minimarket dan supermarket membuat peraturan untuk membayar kantong plastik Rp 200 per kantong. Bagaimana menurutmu, setuju tidak?” ujarku pada anak-anak kelas 4 SD.

Salah seorang murid, Bintang, berkata, “Aku tidak setuju, miss. Indonesia itu adalah negara pengguna plastik terbanyak kedua di Asia. Itu kan tidak bagus bagi lingkungan karena susah terurai, sekitar 50-100 tahun. Kalau berbayar kan, bisa dikurangi penggunaannya.”

Miss, aku punya pendapat lain, kata Langit. “Selama ini kan kantong plastik gratis. Orang-orang jadi memakai seenaknya dan juga membuang sembarangan. Akibatnya, saluran jadi mampet dan banjir. Kalau banjir kan, banyak orang suka menyalahkan orang lain. Seperti di Jakarta, mereka menyalahkan gubernurnya kalau banjir padahal yang buang sampah sembarangan rakyatnya,” tegas Langit.

“Aku tidak setuju kalau kantong plastik berbayar, miss,” sanggah Mentari, “kalau kita bayar kan, mahal, biasanya kita butuh banyak plastik kalau belanja. Misalnya, 5 plastik dikali Rp 200, sudah Rp 1000.”

“Kita kan bisa bawa tempat belanjaan dari rumah,” tegas Langit. “Kalau bawa plastik dari rumah kan ribet, masa kita bawa 5 tempat untuk tempat belanjaan. Itu ribet!” balas Mentari. “Malas banget, sih!” Langit berkata dengan kesalnya.

“Sudah, sudah. Tidak usah bertengkar. Setiap orang boleh memberikan pendapat. Nah, kira-kira kantong plastik bisa diganti apa?”

“Kertas, miss!” Kemilau berpendapat. “Kertas kan dari pohon, pohon habis ditebang, gundul, bisa merusak sumber daya alam juga,” tukas Langit.

“Tapi miss, kertas kan bisa didaur ulang,” ujar Kemilau, “kertas bekas kan bisa dibuat bubur kertas dan dicetak lagi. Di luar negeri, mereka memakai kertas sebagai tempat belanjaan, miss. Itu bisa mengurangi limbah plastik.”

“Miss, aku pernah lihat di internet cara membuat kantong dari baju bekas. Itu bisa dipakai sebagai tempat belanjaan,” tiba-tiba Nirwana menyahut.  

“Wah, ide kalian bagus sekali! Nah, bagi yang setuju, bagaimana dengan perusahaan yang membuat kantong plastik? Kalau orang tidak menggunakan plastik, perusahaan itu bisa bangkrut dan pekerjanya jadi pengangguran.”

“Pengangguran itu apa, miss?” tanya Raksa. “Pengangguran itu orang yang tidak memiliki pekerjaan, nak.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun