Indonesia dijajah negeri Kincir Angin selama 350 tahun ditambah 3,5 tahun oleh negeri sakura, setidaknya itu yang tercatat dalam sejarah. Mengapa sampai bisa selama itu? Muncul pertanyaan. Salah satu jawaban adalah karena nenek moyang kita yang terdahulu tidak mengecap pendidikan yang layak. Yang berkuasa saat itu lah yang diberikan pendidikan. Oleh karena ketidakadilan ini, muncul lah penggerak-penggerak pendidikan yang berjuang melawan banyak rintangan seperti Ki Hajar Dewantara, Kartini dan lain-lain. Pendidikan bangsa ini milik kita yang diusahakan para pahlawan yang hangat berjasa.
Hasilnya, kita bisa menikmatinya sekarang. Kita bisa bersekolah di manapun dengan mudah. Fasilitas pendidikan pun menjadi lebih baik meskipun persebarannya belum merata di seluruh Nusantara, setidaknya itu yang muncul di media. Pendidikan bangsa ini kita yang punya.
Nah, kecanggihan zaman pun membawa pendidikan semakin maju. Kita semakin mudah dalam mencari informasi apa pun yang kita inginkan. Tinggal ketik di mesin pencari, beberapa detik kemudian muncul beragam pengetahuan yang kita dapatkan. Mencari pengetahuan yang mudah ini kita yang rasa.
Namun, perkembangan zaman yang semakin canggih juga membawa perubahan yang tidak baik dalam pendidikan. Generasi penerus bangsa saat ini banyak yang menyalahgunakan kecanggihan zaman, khususnya internet. Mereka bisa mengakses pornografi, berita kekerasan bahkan bermain game hingga lupa waktu. Inilah yang membuat generasi penerus mengalami dampak yang buruk. Jika tidak diperhatikan secara serius bisa akut. Pendidikan bangsa ini kita yang jaga.
Ada beberapa cara yang bisa membuat pendidikan kita digerakkan oleh semesta.
Pertama, untuk meratakan persebaran pendidikan yang baik di seluruh negeri, pemerintah bisa lebih banyak membuat banyak program menjangkau daerah-daerah tertinggal. Program-program tersebut seperti mengirim lebih banyak guru ke pelosok dengan jaminan kehidupan yang layak dan mengadakan fasilitas bagi daerah tertinggal. Atau bisa juga salah satu syarat menjadi Pegawai Negeri Sipil harus mengajar di pelosok selama dua tahun. Pendidikan bangsa ini kita yang gerakkan.
Kedua, untuk kecanggihan teknologi. Guru dan orang tua perlu bersinergi mengawasi dan membimbing anak-anak dalam menggunakan teknologi. Jika kita hanya melarang mereka membawa ponsel ke sekolah, tidak terlalu signifikan karena bukan ponsel yang salah melainkan didikan. Pengadaan sosialisasi tentang media sosial juga perlu bagi orang tua supaya mereka bisa memanfaatkan kecanggihan dengan baik.
Pendidikan bangsa ini kita yang laksanakan.
Ketiga, pemerintah bisa mendukung program-program anak muda yang berkata dengan pendidikan. Salah satu cara untuk menjangkau pemuda-pemudi negeri untuk berkarya dalam bilang pendidikan yaitu mendukung program yang berhubungan dengan pendidikan daerah tertinggal.
Keempat, pendidikan karakter. Jujur saja, anak didik zaman sekarang kurang menghormati gurunya. Pendidikan karakter perlu kita galakkan lagi untuk mendidik generasi yang berbudi luhur.Â
Kelima, belajar dari alam. Belajar bisa dari mana pun dan guru bisa siapa pun. Oleh karena itu, kita bisa menggunakan alam sebagai media pembelajaran langsung. Kita juga perlu mendorong siswa untuk menghormati alam semesta.
Demikian lah konsep pendidikan semesta yang bisa saya bagikan. Yuk, mari ambil bagian karena pendidikan bangsa ini milik kita