“Oh, gitu, bu. Perusahaan itu tidak membuat plastik lagi miss, tapi kantong kertas dari kertas bekas. Pekerjanya kan tidak jadi pengangguran,” Raksa menambahkan.
“Miss, hanya minimarket dan supermarket saja yang bayar plastik? Mamaku pernah belanja ke pasar, plastiknya banyak juga,” tiba-tiba Galuh bertanya.
“Untuk saat ini, pemerintah kita hanya menyarankan minimarket dan supermarket saja. Mungkin nanti, orang yang belanja di pasar akan bayar plastik juga,” aku menjelaskan.
Tiba-tiba Langit bertanya lagi, “Miss, memangnya uang yang Rp 200 itu untuk siapa? Pemerintah?”
“Uang hasil penjualan kantong plastik akan dikelola oleh pengusaha minimarket dan supermarket serta pemerintah untuk mencegah kerusakan sumber daya alam, nak.”
“Tapi, mereka bisa korupsi loh miss!” celetuk Langit.
“Kita berdoa saja supaya pemerintah dan pengusaha dapat menggunakannya dengan bijak,” tutupku.
*Catatan: nama anak bukan nama sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H