Pernahkah Anda merasa butuh ruang digital yang benar-benar personal? Bagi Gen Z, jawabannya ada pada fenomena second account.Â
Second account merupakan sebuah istilah yang tak sing lagi bagi kita, terutama bagi kaum Gen Z. Pada dasarnya istilah second account ini merupakan akun kedua yang merujuk pada akun tambahan yang dimiliki seseorang di platform media sosial selain akun utama mereka. Second account ini biasa kita jumpai lewat aplikasi Instagram, Twitter, maupun WhatsApp. Second account ini sendiri memiliki satu ciri yang khas dan Sebagian besar orang pasti melakukannya, hal itu tak lain dan tak bukan jika sang pemilik akun pasti akan mengaktifkan mode privasi atau biasa disebut dengan gen z sebagai istilah akun gembokan. Hal ini dilakukan agar tak sembarang orang bisa masuk atau melihat aktivitas yang dijalani dalam akun tersebut.
Budaya second account memiliki fenomena menarik, di mana penggunanya cenderung lebih aktif membagikan informasi di akun kedua dibandingkan akun utama. Hal ini dikarenakan kecondongan akan sifat second account itu sendiri yang bersifat  lebih personal dan penyaringan orang -- orang terpercaya oleh sang pemilik akun. Ini membuat sang pemilik akun menjadi lebih nyaman dan lebih leluasa mengekspresikan jati diri mereka tanpa adanya bayangan ketakutan akan hujatan. Seperti yang dikutip dalam buku karya Boyd, D. (2014). It's Complicated: The Social Lives of Networked Teens. Yale University Press. Dalam buku ini, Danah Boyd membahas bagaimana remaja memanfaatkan media sosial untuk bereksperimen dengan identitas, menavigasi hubungan sosial, dan menjaga privasi.
Namun selain sisinya sebagai kebebasan ekspresi, second account ini memiliki beberapa kegunaan lain bagi penggunanya, berikut contohnya:
- Akun untuk Mengupload Video Tugas
Sebagai mahasiswa ataupun pelajar tingkat sma, second account seringkali digunakan mereka untuk mengirim tugas video. Terlebih lagi saat tugas itu berupa perkenalan saat awal masuk tahun ajaran baru. Kebanyakan Gen Z akan menggunakan second account sebagai wadah mengumpulkan tugasnya dengan anonym yang tetap terjaga.
- Sebagai Tempat untuk Mencurahkan Isi Hati
Sebagai Gen Z, kerap kali dijumpai dalam aktifitas second account mereka sebagai tempat untuk curhat. Hal ini terjadi karena memang isi dari pengikut second account merupakan hanya akun -- akun teman dekat atau teman yang terpercaya. Ini membuat pengguna menjadi lebih nyaman dalam menyuarakan isi hatinya tanpa diikuti rasa takut akan komentar yang tak diinginkan
- Tempat untuk Mengarsip Berbagai Kenangan Lucu
Melakukan hal yang memalukan adalah pengalaman yang hampir dialami semua orang. Tak jarang, momen tersebut diabadikan dalam bentuk video saat kejadian berlangsung. Generasi Z kerap membagikan kenangan-kenangan random yang terkesan absurd, biasanya disertai reaksi mereka terhadap peristiwa tersebut, lalu mengunggahnya di second account.
- Tempat untuk Mendapat Informasi Secara Anonim
Sebagai bagian dari Gen Z, rasa penasaran terhadap gosip atau berita terbaru seringkali sulit dibendung. Hal inilah yang mendorong banyak dari kita menggunakan second account untuk menggali informasi lebih dalam secara anonim. Meski tindakan ini bisa dianggap kurang etis, tak bisa dipungkiri bahwa baik orang di sekitar kita maupun diri kita sendiri kerap melakukannya demi tetap up-to-date dengan perkembangan terkini.Â
pada beberapa contoh diatas kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa, fenomena penggunaan second account di kalangan Gen Z bukan hanya sekadar tren, tetapi lebih kepada kebutuhan untuk mengelola batas antara kehidupan publik dan pribadi di dunia digital. Second account memberi kebebasan bagi penggunanya untuk mengekspresikan diri tanpa khawatir akan penilaian dari khalayak ramai. Melalui pengaturan privasi seperti mode gembokan, pengguna dapat menjaga agar hanya orang-orang terdekat yang mengakses konten mereka.
Second account ini memiliki berbagai kegunaan, mulai dari tempat mengunggah tugas secara anonim, mencurahkan isi hati, mengarsipkan kenangan lucu, hingga mencari informasi secara diam-diam. Semua ini mencerminkan bagaimana Gen Z menggunakan media sosial dengan lebih selektif, memilih untuk berbagi aspek tertentu dari kehidupan mereka di ruang yang lebih aman dan terbatas.