Dirgahayu TNI yang ke-71! Semoga terus dapat mengayomi dan menjadi pelindung utama bagi kesatuan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia! TNI baru saja melalui hari jadinya yang ke-71. Berbeda dari biasanya dimana TNI mengadakan upacara dan kegiatan-kegiatan lain yang lebih formal, kali ini mereka memutuskan untuk mengadakan sebuah pagelaran seni yakni pertunjukan wayang orang. Pertunjukan wayang orang ini bertajuk "Satha Kurawa". Pertunjukkan kali ini terasa spesial termasuk dari jajaran pemerannya. Ada aktor serta aktris papan atas, seniman, ratusan prajurit TNI bahkan beberapa jendral TNI ikut ambil bagian dalam pagelaran kali ini.
Para Jendral tersebut antara lain Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo sebagai bangsawan Abiyasa, Marsekal Muda TNI Nugroho Prang Sumadi sebagai Semar dan Brigadir Jenderal TNI Firman Achmadi sebagai Werkudoro. Seniman-seniman yang ikut meramaikan pertunjukkan kali ini adalah Maody Kusnadi sebagai Dewi Kunti, Feni Rose sebagai Dewi Drupadi, Ray Sahetapy yang memerankan Puntadwa, Kresna oleh Ario Bayu, hingga Sule yang berperan sebagai Petruk.
Bagi saya keputusan TNI mengadakan pagelaran wayang orang dalam rangka memperingkati HUT mereka cukuplah menarik karena hal ini merupakan sesuatu yang berbeda. Selain itu, mengikutsertakan para prajurit bahkan para jendralnya merupakan langkah baik yang ingin menyampaikan bahwa sosok para prajurit TNI merupakan sosok yang dekat dengan rakyat. Mengangkat kembali wayang orang secara khusus juga patut diapresiasi mengingat pertunjukkan semacam ini sudah cukup langka dijumpai. Bahkan bagi saya, pertunjukkan kemarin merupakan kedua kalinya saya menyaksikan sebuah pertunjukkan wayang orang, yang pertama adalah acara Opera Van Java! Siapa yang sama dengan saya?
Mengapa kemarin bisa menjadi pertunjukkan wayang orang "kedua" yang saya saksikan? Karena pertunjukkan ini ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta, NET. Bisa saya katakan sebuah keberanian juga dari pihak NET yang akhirnya menayangkan pagelaran ini selama 2 jam penayangan. Mengapa bisa saya katakan sebuah keberanian? Karena stigma yang terbentuk selama ini adalah bahwa mengangkat budaya dan menayangkannya di televisi nasional merupakan langkah yang tidak menguntungkan karena hal ini kurang diminati masyarakat. Cukup stasiun televisi pemerintah dan lokal yang menayangkannya.
Namun ternyata respon dari masyarakat di media sosial sangatlah positif. Selama penayangan, komentar yang masuk hampir semuanya merupakan komentar positif. Memang ini berdasarkan media sosial dan bukan berdasarkan rating. Jika berbicara mengenai rating, tentunya program semacam ini akan kesulitan untuk mendapatkan rating sebesar sinetron atau program-program unggulan lainnya. Maka, pola pikir stasiun televisi harus berubah. Jangan hanya mengincar rating yang tinggi semata, namun harus tetap mengandung hal-hal positif seperti melestarikan budaya nusantara!
Pagelaran ini bisa saya katakan sebuah pagelaran yang berkelas internasional, yang mengingatkan saya pada pertunjukkan broadway di luar negeri. Secara tata panggung memang tidak berbeda jauh dengan pertunjukkan pada umumnya, namun tampilan grafis latarnya sangatlah menunjang jalannya cerita ini. Kostum dan perlengkapan jalannya cerita juga sudah disiapkan secara matang. Penayangan pertunjukkan ini di televisi juga bisa saya katakan berhasil. Mengapa? Karena saat saya menyaksikan jalannya pertunjukkan ini, saya merasa seperti benar-benar ada di tempat dan menyaksikan secara langsung. Sinematografi dan gambar yang dihasilkan sangatlah menarik.
Hal ini membuktikan bahwa budaya yang selama ini dikatakan membosankan lah atau ketinggalan zaman lah ternyata mampu kok dibuat berkelas dan menarik untuk disaksikan. Jadi mulai sekarang, semakin cintailah budaya Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H