Mengetahui adanya sebuah video sensasi, di tonton! Sehabis menonton, dislike, memberi komen negatif, hina di Twitter, sebar di berbagai grup WhatsApp! Ya, itulah peran saya dalam mengawasi kualitas konten agar semakin banyak orang yang tahu kalau sebuah konten buruk!
Banyak diantara kita yang mungkin sering melakukan hal itu. Kita memang berhak berkomentar disaat kita merasa bahwa konten yang ditawarkan tidak berkualitas. Namun seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, tindakan tersebut bukanlah sesuatu yang bijak dilakukan.
Teknologi telah memampukan kita untuk berkreasi. Berbagai platform yang ada juga sudah sangat memudahkan kita sehingga saat ini adalah saatnya bagi kita untuk terjun, dan mulai berkarya!
Setelah mulai membuat karya, kita mungkin baru akan memiliki gambaran mengapa ada karya yang menurut kita tidak berkualitas. Ya, karena karya semacam itu cenderung laris. Hal ini seringkali membuat para pereka cipta terlalu fokus dengan kuantitas konsumen, bukan kualitas.
Apakah menjadi pembuat konten positif tidak akan digemari? Tidak! Harus kita yakini bahwa tidak sedikit masyarakat yang sudah cukup cerdas dalam memilah apa yang mereka konsumsi.
Lalu, apakah menjadi seorang konten kreator yang positif hanya bisa kita lakukan melalui platform besar seperti YouTube ataupun Blogger? Tidak juga! Kreator merupakan seseorang yang mencipta, tidak ada patokan besarannya. Dari pembuat seorang pembuat kue hingga pembuat masalah, mereka adalah kreator! Hanya saja, ada kreator yang positif dan ada juga yang negatif.
Ini merupakan kabar baik dan buruk secara bersamaan. Kabar baiknya, kita tidak perlu memiliki sejumlah besar pengikut agar mampu mulai menjadi kreator. Kabar buruknya, kita tidak bisa menjadikan ini sebuah alasan untuk menunda-munda! Buruk karena tidak bisa dipungkiri kalau kita pasti seringkali menjadikan banyak hal sebagai alasan agar kita tidak harus melakukan sesuatu. Kita cenderung malas untuk keluar dari zona nyaman, dan mengambil tantangan baru.
Konten positif itu harus mendidik? Tidak bisa menghibur? Bagi saya, kemasan dan isi memang merupakan dua bagian yang tidak bisa terpisahkan. Tetapi, isi yang sama mampu menjadi beda ketika kemasannya diubah. Sebut saja air mineral. Merek A dan B, sama-sama air mineral. Orang membelinya untuk diminum. Sangat sedikit orang membeli air mineral untuk mencuci mobil! Tetapi, ada berbagai bentuk kemasan dan stiker unik yang membedakan berbagai merek tersebut.
Mendidik atau tidak, bicara soal konten, isinya. Sementara berbagai bentuk kemasan merupakan cara kita membawakan konten positif tersebut yang dapat kita variasikan sesuai dengan target yang kita tuju. Konten yang sama tetapi dengan kemasan yang berbeda, mungkin dampaknya beda!
Konten positif tidak bicara soal pelajaran sekolah, filsafat, bahkan sejarah. Sekadar ajakan untuk berbuat baik juga dapat menjadi sebuah konten positif. Maka, konten positif sendiri dapat dibawakan dengan serius, maupun dengan santai. Hal ini dapat disesuaikan dengan karakter diri kita dan target yang ingin dituju. Agar mampu memberi dampak kepada orang lain, gunakan hal yang dekat dengan mereka. Bagi kalangan muda, adaptasikan apa yang dekat dengan mereka.
Mulai membuat konten juga akan membuat kita menjadi seorang pribadi yang lebih produktif. Ini akan membuat kita semakin menghargai waktu yang kita miliki untuk hal-hal yang positif pula.