Mohon tunggu...
Bryan Eduardus
Bryan Eduardus Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Warga Negara yang Bersuara Lewat Kata-Kata! | https://telemisi.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Miris, Beginilah Potret Industri Sinetron Kita!

4 Desember 2016   13:01 Diperbarui: 4 Desember 2016   13:42 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa Judul Sinetron SCTV yang Menjadi Gambaran Industri Sinetron di Indonesia (WowKeren.com)

Ketika anda mendengar kata Anak Jalanan, Tukang Bubur Naik Haji, Ganteng-Ganteng Serigala, apa yang terlintas di pikiran anda? Ya, tentunya judul-judul sinetron fenomenal yang tayang di stasiun televisi Indonesia. Itu hanyalah 3 judul fenomenal dari sebegitu banyaknya sinetron yang tayang di stasiun televisi kita. Sinetron-sinetron fenomenal itulah yang secara tidak langsung "membunuh" sinetron-sinetron lainnya. Ambil saja contoh sinetron Anak Jalanan RCTI. 

Saat sinetron tersebut berada di masa jayanya, tidak ada sinetron atau acara televisi lain yang mampu menyamai bahkan menandingi pencapaian rating yang didapat oleh sinetron ini. Hal ini juga menyebabkan banyak sinetron yang "dibungkus" penayangannya salah satunya karena rating yang kurang memuaskan pihak stasiun televisi.

Bagi beberapa stasiun televisi, sinetron dijadikan senjata utama untuk meraih rating yang tinggi. Memang tidak ada salahnya mengincar yang rating tinggi, tetapi jangan sampai rating tinggi tersebut menjadi sesuatu yang "menjajah" dan harus dicapai. Kita harus tetap memiliki akar yang kuat untuk memberikan acara yang tetap berkualitas. 

Namun, sayangnya banyak stasiun televisi yang tidak memiliki akar yang kuat itu. Mereka terkesan "dijajah" oleh rating dan keuntungan yang secara tidak langsung menghilangkan kualitas dari sinetron itu sendiri. Ketika sinetron itu sukses, durasi penayangan akan dipanjangkan dan memiliki episode hingga beribu-ribu. Namun ketika sinetron itu tidak berhasil meraih rating memuaskan, maka tidak perlu menunggu lama sinetron itu akan hilang dengan sendirinya.

Sekarang saya akan membahas industri ini dari segi artis atau pemerannya. Mereka seakan-akan tidak memiliki gambaran mengenai masa depan sinetron yang mereka bintangi. Mengapa? Karena mereka tidak akan tahu seberapa lama sinetron tersebut akan berlangsung penayangannya. 

Apakah dalam waktu sejenak sinetron tersebut akan dihentikan penayangannya, atau akan berjalan dalam kurun waktu yang lama? Jika berbicara secara kasar, dalam industri sinetron para artis dan pemeran dijadikan "sapi peras" yang diperas kemampuan dan waktunya. Memang tidak separah sapi peras yang tidak dibayar, namun sistem kerjanya menyerupai.

Hampir semua sinetron stripping (tayang setiap hari) menjalani pola syuting kejar-tayang. Apa yang saya maksud dengan pola kejar-tayang? Jadi untuk penayangan episode nanti malam, hari sebelumnya syuting baru dijalankan. Ada juga yang hingga subuhnya masih tetap syuting untuk episode nanti malam. Maka tidak mengherankan jika anda menonton salah satu episode vlog Raditya Dika, Prilly sempat menyatakan bahwa ia sudah terbiasa pulang jam 4-5 ketika syuting sinetron.

Ketika sistem syuting yang dijalankan berpola kejar-tayang, pihak lain yang dirugikan adalah orang-orang dibelakang layar termasuk editor. Bayangkan sulitnya pekerjaan seorang editor yang harus menyelesaikan satu episode hanya dalam waktu kurang dari sehari karena malamnya harus sudah ditayangkan.

Kali ini membahas sedikit mengenai jalan cerita sinetron-sinetron yang ada di Indonesia. Mungkin anda yang mengikuti jalan cerita sinetron-sinetron di Indonesia, pada suatu kesempatan anda akan merasa adanya pergeseran alur cerita atau kelanjutan jalan cerita yang kurang masuk di akal. Ini tidak dapat terlepas dari faktor rating (lagi dan lagi). Ketika rating sebuah sinetron kurang memuaskan bagi beberapa pihak, ada beberapa usaha yang akan dilakukan untuk menyelamatkan sinetron ini. Pertama, dengan memindahkan slot jam tayang. 

Hal ini sering sekali terjadi dalam industri pertelevisian kita. Selain itu, biasanya mereka akan memasukkan karakter yang dinilai mampu menguatkan rating dan mengubah jalan ceritanya. Ketika usaha-usaha tersebut masih belum mampu menyelamatkan rating sinetron tersebut, maka riwayat sinetron tersebut akan segera "tamat".

Jadi kurang lebih begitulah potret "miris" industri sinetron di Indonesia yang terjajah akibat rating. Ketika ada yang terjajah, tentunya ingin bebas bukan? Bukan perkara mudah karena hal ini telah mengakar dalam industri pertelevisian kita. Jadi, marilah kita sama-sama berharap perbaikan industri sinetron di Indonesia. Ada baiknya mencontoh sistem penayangan drama di luar negeri yang juga telah diikuti beberapa stasiun televisi kita, yakni menayangkan serial setiap weekend. Dengan itu, kualitas tontonan juga dapat meningkat, bukan? ~ BryanTvHardi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun