Mohon tunggu...
Bryan Rae Souw
Bryan Rae Souw Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Pelajar

Suka makan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Hanyalah Sebatas Tinta di Atas Kertas

18 September 2024   22:32 Diperbarui: 18 September 2024   22:47 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebenarnya, pendidikan di sekolah tidak seharusnya hanya difokuskan pada berapa nilai berapa yang kita dapatkan. Tetapi pendidikan seharusnya mencakup cara yang kita lakukan untuk mencapai nilai tersebut. Banyak murid yang menyontek dalam ulangan atau tugas, namun mereka perlu menyadari bahwa dengan menyontek, mereka tidak memperoleh nilai yang bermanfaat. Bahkan, kebiasaan ini dapat menurunkan kemampuan mereka untuk bekerja keras, karena terbiasa meniru orang lain dan menghindari usaha nyata.

Menyontek, meskipun tampak seperti pelanggaran kecil di lingkungan pendidikan, sebenarnya bisa menjadi pintu gerbang bagi perilaku tidak etis yang lebih besar, bahkan korupsi. Proses ini terjadi karena menyontek membiasakan individu untuk mengabaikan nilai-nilai integritas, kerja keras, dan kejujuran. Maka oleh karena itu, sangat diperlukan pencegahan agar para generasi muda yang akan menjadi pemimpin dimasa depan, tidak merasa tergoda untuk melakukan aksi kecurangan atau korupsi.

Menghargai proses merupakan salah satu nilai penting dalam kehidupan, terutama pada lingkup pendidikan, yang sering menjadi tahap dominan dalam pembentukan karakter . Di era ini, di mana segala sesuatu terasa serba instan, penting untuk memahami bahwa proses yang kita jalani adalah bagian yang paling berharga. Ketekunan, kesabaran, dan usaha dalam mencapai tujuan memberikan pengalaman yang tak ternilai dan memperkaya kemampuan kita untuk menghadapi tantangan di masa depan. Sebaliknya, nilai yang diperoleh dengan cara curang hanyalah angka tanpa makna.

Masyarakat saat ini cenderung terlalu menekankan hasil akhir tanpa melihat bagaimana hasil tersebut dicapai. Di dunia pendidikan, kita sering melihat penghargaan yang diberikan semata-mata berdasarkan nilai tinggi, tanpa mempertimbangkan kejujuran dan dedikasi siswa. Padahal, nilai seharusnya menjadi cerminan dari pemahaman dan usaha seseorang, bukan sekadar tinta di atas kertas.

Kadang orang tua pun juga menaruh terlalu banyak tuntutan kepada anaknya, seperti memaksakan anaknya menjadi yang terbaik di kelas. Namun nyatanya semua anak berbeda-beda, sehingga bisa menyebabkan tekanan yang berlebihan pada anak untuk mencapai standar yang ditetapkan. Hal ini bisa membuat anak merasa terpaksa mencari cara instan, seperti menyontek, demi memenuhi ekspektasi orang tua, yang pada akhirnya merusak perkembangan karakter dan integritas mereka.

Saya juga masih ingat pertama kali ketika ulangan matematika tergeletak di atas meja. Dan terlihat nilai merah 20 di sudut atas kertas. Pengalaman ini membuatku sangat tertekan, karena merasa tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah saya. Hingga pada suatu saat, saya tergoda untuk mencontek dalam salah satu ulangan matematika. Nilai ulangan yang rendah ini bukan hanya membuatku merasa tekanan bukan hanya dari orangtua, tetapi juga teman-temanku yang mendapat nilai yang lebih baik.

Tak lama setelah itu, remedial matematika pun tiba. Saya berusaha keras untuk mempersiapkan diri, tetapi tetap saja rasa cemas datang. Rasa untuk menyontek lama-lama semakin terlintas dipikiran saya. Pada saat itu, saya sadar bahwa ini salah, namun pada saat itu, itulah satu-satunya cara agar aku bisa lulus remedial.

Namun, pada akhirnya saya menyadari bahwa jika saya menyontek sekarang, mungkin aku akan mendapatkan nilai yang lebih baik, tapi aku takkan belajar apa-apa. Lebih dari itu, aku merasa akan mengkhianati keluargaku, karena saya sadar bahwa alasan saya disekolahkan di sekolahku adalah supaya saya bisa menjadi pribadi yang lebih tangguh. Akhirnya, walaupun saya tidak lulus remedial, saya tetap merasa lega, karena sudah mendengarkan hati nurani saya.

Setelah remedial itu, saya memutuskan untuk mengambil pendekatan yang berbeda. Saya tahu saya harus mencari cara yang lebih baik agar bisa meningkatkan nilaiku. Disana saya menemukan komunitas canitutor. Maka, sebagai bagian dari upaya mencegah tindakan curang seperti menyontek, saya mencoba mengikuti tutorial sebaya yang diberikan canitutor.

Canitutor merupakan komunitas yang menjadi penghubung bagi para siswa yang membutuhkan bantuan belajar dengan teman-teman mereka yang lebih memahami materi. Melalui komunitas ini, siswa yang kesulitan mendapatkan bantuan dari teman sebaya, sehingga tidak merasa terpaksa mencontek atau menggunakan cara curang lainnya. Dan melalui kegiatan-kegiatan mereka ini, saya merasa sangat terbantu. Dengan mendengarkan penjelasan teman saya yang dapat menjelaskan materi secara perlahan, hingga saya dapat mengerti.

Pada akhirnya, setelah mengikuti kegiatan tutorial ini, saya menjadi lebih mengerti materi-materi yang diajarkan di kelas. Selain itu, saya juga mulai belajar untuk merubah pola belajar saya. Dulu, saya biasanya melakukan sistem kebut semalam, sehingga saya tidak bisa mengerti materi dengan baik. Namun, lama kelamaan saya mulai mencicil materi dari jauh hari. Dan hingga saat ini membuatku bisa meraih nilai yang lebih memuaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun