Katamu kita sudah merdeka. Tapi apa merdeka benar punya arti. Sebatas ini. Hanya ini. Hingga banyak dari kita berdoa. Kapan merdeka akan berhenti.
Bumi milik kita beserta kekayaannya. Kita siapa. Belum apa apa. Mereka sudah menjadi apa apa. Sekarang kita masih bukan siapa siapa.
Matilah kita. Kalau urusan yang besar besar. Diatur oleh yang makar makar. Segala urusan yang rumit. Diputuskan oleh yang bijaknya sedikit.
Binasalah kita. Kalau pemimpin. Hatinya penguasa. Rakyatnya harus sepakat pada satu kata. Ya. Karena jabatan yang tak pasti. Hasil kolusi dan basa basi.
Bagaimana mungkin sebagian kita merasa ditindas oleh sebagian kita lainnya. Kita itu sebenarnya siapa? Kita itu kita yang sebelah mana?
Lalu. Bagaimana dengan aku. Aku memilih pada kita yang teraniaya. Yang sia sia. Yang haknya dikebiri dan kewajibannya di tuntuti. Yang romusha dan kerja rodi.
Aku bersama kita yang bertanya. Tentang segalanya. Dan ragu ragu. Kalau kalau masa depan hanya menyisakan rasa malu.
Jakarta, 6.5.21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H