Mohon tunggu...
Bryan Jati Pratama
Bryan Jati Pratama Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Author of Rakunulis.com

Qu'on s'apprête et qu'on part, sans savoir où on va

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kapur Tulis

2 Juli 2019   00:55 Diperbarui: 2 Juli 2019   00:59 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia bangun barisan bukit kapur untukmu. Agar runtuh kala tersentuh. Bersamaan dengan dikabarkan padamu. Arti sebenarnya tetes peluh.

Lalu kau terima kenyataan. Bahwa dunia tidak seindah yang kau bayangkan. Dan kau tinggalkan ia. Sendiri bersama kerapuhannya.

Kau memilih jalan tersunyi. Yang lebih sepi daripada diam. Kekosongan. Dari pamrih dan harapan.

Saat kau pergi. Orang masih tak mengerti. Mengapa kau mengaisi reruntuhan. Demi beberapa genggam kapur ditangan.

Dengan tulisan. Kau dan kapurmu mengajar di papan hitam. Kau bagi rata pengetahuan. Sampai mata mereka terbuka pada dunia. Lewat angka dan kata kata.

Diterangilah hidup mereka. Dengan jendela yang kau buka. Diberkatilah mati mereka. Dengan lilin yang kau nyala.

Guru,
Empat puluh tahun lamanya.

Jakarta,12.46
2 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun