Mohon tunggu...
Bryan Jati Pratama
Bryan Jati Pratama Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Author of Rakunulis.com

Qu'on s'apprête et qu'on part, sans savoir où on va

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bantaran Mahakam

26 Maret 2019   08:21 Diperbarui: 26 Maret 2019   08:22 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : aprnsby.blogspot.com

Untuk para penghuni bantaran. Untuk yang doanya mengakibatkan banjir malu untuk datang.

Sudahkah selesai doamu. Hingga malaikat paham apa yang sebenarnya engkau mau. Agar dia tidak bingung ketika ditanya tuhan. Atas apa yang kau inginkan.

Seberapa percaya pada kata kata. Tidak bermakna ganda. Takutnya nanti salah tangkap. Maksud yang kau minta.

Bagaimana dengan alamatnya. Nama jalan dan nomor rumahnya. Kau harus pastikan malaikatmu tak tersesat. Akibat alamat salah di surat.

Itu pun kalau di alam sana masih tersisa jalan. Dan rumah rumah. Soalnya akhir akhir ini saudaraku suka mengambil paksa tanah. Diduduki. Karena saudaraku benar sendiri. Seolah surga bukan tempatnya berbagi.

Lalu percayakah kau akan malaikat. Yang dulu meragukan penciptaanmu. Katanya kau penumpah darah dan perusak bumi. Padahal di pinggiran kota sana. Kau hanya bisa berdoa. Kau yang ditumpahkan darahnya. Anak anakmu yang dirusak.

Dan masih kau selipkan syukur dalam doa. Oh, roh manusia yang menampung semesta. Tak perlu bersusah doa engkau kirim. Tuhan ada disini. Di dalam gubukmu sendiri.

Jakarta,08.00
26 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun