Jakarta, ibu kota Indonesia, menghadapi ancaman serius akibat kenaikan permukaan air laut dan penurunan tanah yang cepat. Sebagai salah satu kota besar di dunia yang terancam tenggelam, Jakarta membutuhkan solusi komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Proyek Giant Sea Wall atau Great Sea Wall muncul sebagai salah satu jawaban ambisius yang diharapkan mampu melindungi kota dari banjir rob sekaligus menjadi bagian dari pengembangan infrastruktur kota. Namun, apakah proyek ini benar-benar efektif dalam mengatasi tantangan Jakarta?
Great Sea Wall pertama kali diusulkan pada awal 2010-an sebagai bagian dari rencana mitigasi banjir besar yang kerap melanda wilayah Jakarta Utara. Proyek ini dirancang sepanjang 32 kilometer, membentang sebagai pelindung fisik antara laut dan daratan. Selain berfungsi sebagai penahan banjir rob, dinding laut ini juga akan menjadi basis untuk kawasan reklamasi yang mencakup perumahan, perkantoran, serta fasilitas publik lainnya.
Namun, di tengah harapan besar terhadap proyek ini, muncul berbagai kritik dan tantangan yang menimbulkan keraguan akan efektivitasnya dalam jangka panjang.
Great Sea Wall berfungsi sebagai penghalang utama yang mencegah air laut memasuki wilayah daratan. Dengan struktur yang dirancang kokoh dan dilengkapi sistem pompa modern, dinding ini diharapkan mampu mengurangi risiko banjir rob yang rutin terjadi di wilayah pesisir Jakarta Utara.
Proyek ini tidak hanya berfokus pada perlindungan, tetapi juga menciptakan ruang baru melalui reklamasi. Dengan kebutuhan lahan yang terus meningkat di Jakarta, area reklamasi di atas dinding laut dapat menjadi peluang untuk pengembangan kawasan bisnis dan perumahan.
Dengan adanya penghalang dari laut, tekanan air terhadap daratan dapat diminimalkan. Hal ini diharapkan mampu memperlambat laju penurunan tanah, yang menjadi salah satu masalah serius di Jakarta.
Proyek Great Sea Wall membutuhkan dana yang sangat besar, diperkirakan mencapai puluhan triliun rupiah. Pendanaan yang besar ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas biaya serta potensi pemborosan anggaran jika proyek tidak dikelola dengan baik.
Proses pembangunan dan reklamasi dapat merusak ekosistem laut. Banyak nelayan lokal mengkhawatirkan bahwa perubahan ini akan mengurangi hasil tangkapan mereka, sehingga memengaruhi perekonomian komunitas pesisir.
Efektivitas Great Sea Wall sangat bergantung pada infrastruktur lain, seperti sistem drainase, pompa air, dan waduk. Jika infrastruktur ini tidak diperbaiki atau ditingkatkan, banjir dalam kota tetap akan menjadi ancaman serius.
Ancaman terbesar bagi Jakarta bukan hanya air laut, tetapi juga penurunan tanah yang dipicu oleh eksploitasi air tanah yang berlebihan. Tanpa regulasi yang ketat terhadap penggunaan air tanah, Great Sea Wall hanya akan menjadi solusi sementara.
Agar Great Sea Wall benar-benar menjadi solusi bagi Jakarta, beberapa langkah strategis perlu dilakukan: