Mohon tunggu...
Eny Fahriati
Eny Fahriati Mohon Tunggu... -

cant stop dreamin'.\r\nkelahiran Barabai, Kal-Sel 01 Juni 1990.\r\nInstitut Pemerintahan Dalam Negeri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Simpan Harapanmu Dalam Kuali, Ding!* (Cerita Sambungan Jakarta, Hanya Soekarno Hatta Sekedip Mata)

6 Januari 2011   01:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:55 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12942767212112031384

Dalam rasa capekku,aku menggeliat mendengar suara azan.Rupanya aku tertidur setelah tersesat dan kelelahan total.Meski begitu aku bangkit danmengambil air wudhu,sholat ashar,berdoa,dan……menyambar hape!

Ada sms dari Dayah.Dia sudah mencari ke tempat pengumuman tapi belumada juga.Mungkin besok.

Namun rupanya sampai besok pagi,siang,sore,tak ada juga!

Malam hari baru diumumkan.Itupun,aku hanya dikabari oleh teman cowok yang rela malam-malam kesana dan langsung memberitahuku.Iya,dialah Riko.Teman baikku.

Tapidia tak pernah tahu bahwa sewaktu SMP anak itu menciptakan chemistry yang berbeda dalam kehidupanku,merontokkan semangat belajarku,bahkan juga keIslamanku karena tercebur dalam yang namanya cinta monyet padanya dan dia tak pernah tahu.Menyedihkan.

Sekarang apalah artinya itu.Yang penting aku lulus kesamaptaan .Kuyakinkan diriku dengan melihat kembali smsnya,

Yang lulus aku,ikam,Fera,Wati,Tiko…selamat lah! (Yang lulus aku,kamu,Fera,wati,tiko,…….selamat ya!)

Alhamdulillah…langsung kutelpon Ibuku,dan juga kakakku di rumah.Hari itu, aku masih di rumah Kak Diah di Banjarmasin.

Melihat lamanya proses pengumuman itu,su’uzhon-kulangsung muncul.Kenapa harus begitu lamanya?

Kakakkumenjelaskan,jeda-jeda waktu seperti itulah kesempatan untuk orang orangyang punya linkdan backing“bermain”,dan sangat mengancam posisi orang-orang sepertiku yang hanya mengandalkan doa dan air mata ini.

Kedengarannya begitu nelangsa,tapi itu faktanya ketika beberapa tahu lalu kakakku mencoba tes di Kepolisian .Dan karena gontok-gontokan ,sikut sana-sikut sini,akhirnya Ibuku meminta mundur.Karena beliau tak juga yakin,danakhirnya memutuskan Kakakku kuliahdi PTN saja.Uang yang habis lebih jelas kelihatan kemana larinya,titahnya.Kakakkukecewa berat karenanya.Down.Ia pun kuliahsetengah hati.

Namun esponku atas statement-nya sungguh berkebalikan.Aku masih berpijak di awan,setinggi-tingginya mimpiku.

Ikam jangan telalu positif.Kaliwatan ngarannya.Lihat ka’adaan.Jadi jangan baharap banarmun kita ni kada beisi apa-apa”(Kamu jangan terlalu positif thinking juga.Berlebihan positif itu namanya.Lihatlahfakta saat ini.Jadi jangan taruh harapanmu terlalu tinggi.Kita ini nggak punya apa-apa”ucapnya sambil mengunyah tempe kala itu.

Aku sibuk menggoreng.Dia melanjutkan, “Sudah kodratnya binian tu kada malaki-laki.Ikam tahulah kehidupannya keras?Kada disiplinnya ja tapi budayanya gin kada pas lawan kabiasaan ikam bekurung di kamar tu.Kawananku yang lulus tu dasar terkenal lincah,supel,berprestasi.Fisik lawan otaknya berbanding lurus.Simpan haja mimpi ikam dalam kuali,Ding.Binian tu pada kodratnya babulik jua ka dapur,sumur,wan kasur

“(Sudah kodratnya juga perempuan itu tak harus kelaki-lakian.Disitu pasti menuntutmu banyak.Kehidupannya keras,kau tahu?!Bukan hanya disiplinnya,tapi budayanya sangat tak berimbang dengan kebiasaanmu mengurung diri di kamar itu.Teman-temanku yang lulus itu memang terkenal lincah,supel,berprestasi.Disitu menuntut fisik dan otak yang berbanding lurus.Kau simpanlah mimpimu itu di kuali,Ding!Perempuan,biar bagaimanapun akan kembali pada dapur,sumur,dan kasur)”

Entah darimana dia mendapatkan petuah konservatif itu,yang mematahkan ditengah-tengah perjalanan.Walaupun aku menyadari hakikat dan fitrahku sebagai perempuan,dan berusaha tak membangkang.

Ulun yakin lawan doa kuitan.Ulun yakin lawan kemampuan.Jangan me’ungkit-ungkit rasa sangkal pian tuh gasan mampangaruhi ulun.Kita masih beisi Tuhan,ALLAH.Makanya rajin sambahyang ka ‘ai”.

“(Aku yakin dengan doa dan Ridho Ibu.Aku yakin dengan kemampuanku.Jangan bawa-bawa luka lamamu itu dan mempengaruhi mindsetku.Kita ini masih punya Tuhan Kak,ALLAH.Makanya rajin sholat)”,cetusku pendek.

Puas telah men-skak dan mengeluarkan uneg-uneg selama ini atas kebiasaan sholatnya yang kulihat bolong-bolong.

Aku madahi banar ai.Jangan pina rancak mambantah.Ingat aku ni wali ikam kalo nikah”(Aku cuma mengingatkan.Jangan terlalu sering membantah kakakmu.Ingat ya,kau nikah nanti akulah walimu)”

“Terima kasih”ucapku pelan.

Adalah benar bahwapowerseoranganak laki-laki yang lebih tua sangat menentukankebijakan dalam lingkup rumah tangga yang hanya dikendalikan oleh seorang wanita janda,Ibuku.Ibuku lebih sering menjadi powerless dihadapan Kakakku.Maka dari itu aku lebih sering mencari cara-cara yang halus untuk menegurnya,daripada membiarkan kepalaku benjol tak beraturan.

Kurasa,aku tak terlalu berlebihan karena akupun hampir taktahu lagi bagaimana cara yang tepat untuk mengajaknya membiasakan diri pada pesan Ayah kami,Jangan pernah tinggalkanyang lima (sholatmu).

Hubungan kakak -adik yang terasadingin .Namun aku yakin sebenarnya kami sama-samatak ingin keadaan seperti itu.Kucatat lekat-lekat,sepeninggal Bapakku waktu aku kelas 5 SD itu telah mengajarkanku kemandirian atas apapun yang harus kupilih dalam hidupku.Namun satu pelajaran untukku,peran orangtua untukmembentuk karakter kuat dan menanamkan nilai religiusitassejak dini juga tak kalah menentukan.

***

Kesamaptaan menguras 50% energiku untuk belajar,padahal di depan masih ada tes kesehatan dan akademik yang pastinya lebih menantang.Besok,aku akan pergike RS Ulin Banjarmasin untuk mengikuti tes kesehatan.Jika lulus kesehatan,maka aku bisa mengikuti tes akademik dan akhirnya PANTUKHIR di Jatinangor.Imajinasiku langsung membayangkan Rosiana Silalahi bercuap-cuap di SCTV tentang “kampus maut” itu beserta seluruh gambaran “seram”nya.

Dan akupun tak habis pikir kenapa hormon penasaranku lebih membludak ketimbang rasa takutku sendiri.Oh tidak,dengan catatan,sebelumnya aku telah beristikharah dan memantapkan hati memilih mendaftar di IPDN dengan berbagi pertimbangan,baiklogis maupun tak logis.

Mimpiku sudah sampai dipelupuk.Namun aku tak boleh tinggi hati untuk menunjukkan kebanggaan pada Kakakku,meskipun dengan tujuan menyadarkannya.Aku selalu meyakini kekuatan sebuah doa yang dibarengi dengan usaha.

Tes kesehatan tak perlu persiapan apa-apa,hanya uang sebesar600 ribu rupiah untuk pembayaran general check -up. Dan akupun merasasehat-sehat saja sejauh ini.Mungkin tak perlulahmengikis kerak gigiku,cabut dan tambal gigi ,atau malah suntik varises seperti teman yang lainnya yang bisa menghabiskan uang berjuta-juta.

“Insya Allah kamu sehat-sehat saja, Nak.Lulus.Berdoa saja”bisik Ibuku kala kuciumi tangannya sehabis sholat.

Ini bukan paham pasrahisme ataufatalisme.Atau tawakkal yang salah kaprah .Hanya sajacukup realistis dengan kondisifinansialIbuku.

Jadi kualokasikan waktu dan kecemasan sia-sia itu dengan mengisi amunisi, berkeliling gramedia pada sore harinya ,huntingbuku yang memuat soal-soal tes CPNS ,berspekulasi bahwa kemungkinan tipe soalyang akan keluar di tes akademik akan sama,atau minimal setipe.Karena,harus kuakui aku buta sama sekali ,tak punya sumber informasidari siapun dan bagaimanapun mengenai tes akademik.

Ada jeda satu bulan setelah pengumumankesehatan nanti (sepertinya aku terlalu yakin aku akan lulus).Jeda itu ,bagi orang“besar”berarti sebuah peluang untuk “bermain” namun bagiorang “kecil” ini berarti sebuah peluang untuk mempersiapkan “amunisi” lebih banyak.

Belajar,belajar,dan belajar.

Akhirnya aku masih harus menetap di rumah Kak Diah.Kasian Uwakku.Harus tak masuk “kantor” beberapa hari.Sawahnya harus dibiarkan terbengkalai.Padahal ini adalah musim huma .Sementara ibuku memang tak bisa meninggalkan tugasnya mengajar.

Memang masuk akal jika hidup ini Pareto Optimum ,meminjam istilah ekonomi.Harus ada sesuatu yang dikorbankan untuk mendapatkanhallain yang lebih besar.

Uwak…tunggu aku punya gaji sendiri,aku mau belikan Uwak sesuatu yang dia suka.

Aku menuliskannya dalam catatan hapeku.

Sementara,janda paruh baya itu melap daster lusuhnya sambil menanak nasi,melarangku mati-matian menggantikan tugasnya itu.

***

Kota Banjarmasin panas dan berdebu.Pukul 16.00 WITA. Ashar telah membuatku membasuh mukaku dengan segarnya air keran yang sedikitterkontaminasi bau segala rupa.Sementara tubuhku terasa limbung,habis diambil darah dua kali,sementara aku masih harus naik motor dengan rute yang cukup jauh.Masih untungtak tersesat lagi.

Sekarang saatnya mempersiapkan dirimengikuti SNMPTN di Universitas Lambung Mangkurat,perguruan tinggi yang tertua di Kalimantan.Hasil tes kesehatan sudah kupasrahkan seutuhnya pada-Nya.

***

Eka gagal karena tinggi badannya kurang satu senti,Wiwi gagal karena ambeyen,dan beberapa teman yang lain gagal karena asma.Alhamdulillah aku masih punya jalan rezeki melanjutka pada tahap selanjutnya.

Akademik.

Dengan jeda satu bulan itu,aku masih bisa pulang ke rumah dengan Uwak Minah.Kupersiapkan segalanya disana saja.

Dalam angkutan umumyang begitupanasnya,sering disebut taksi ,menuju perjalanan pulang ,dengan kepala sempoyongan sehabis berjam-jam mengerjakan soal SNMPTN,tubuhku meriang.Akhirnyaaku jatuh sakit saat tiba di rumah.

***

“Allah tidak Akan mengubah nasib suatu kaum jika dia tidak berusaha mengubahnya”

Potongan ayat Al-Quran surah Ar-Raad ayat 11 yang menggelitik kesadaranku disaat aku meringkuk dengan tubuh demam ini.Menggigil.

Terjemahan itu begitu sering didengar,bahkan dalam pelajaran agamapun selalu berulang-ulang.

Namun disitulah bedanya letak seseorangyang memiliki “kesadaran “ yang manisfestasinyaadalah“hidayah” dengan yang tidak memilikinya.

Sementara dari jauh,Nenekku,tersaruk-saruk membawakan segelas teh hangat.

“Mau bubur kan?tunggu nenek masak..”

Kasar sekali.Tangan nenekku.Meraba-raba pelipisku.Meraba badanku.

Beliau tau dimana aku berada.Memang,mata fisiknya buta,tapi mata batinnya luar biasa.

“Ngga usah..Jangan Nek” keluhku,membayangkan lagi tangannya meraba-raba panciyang panas.

Lebih dari itu,jika suatu waktuaku telat pulang sekolah dia berusaha menggoreng sendiri ikan.Dengan caranya sendiri.

Aku dan ibuku sudah tak tahu lagi bagaimana melarangnya.

“Saya nggak apa-apa ,Nek.Saya sudah sehat.Sayaharus belajardulu biar lulus tes akademik”.

Akhirnya dia hanya duduk,lagi-lagi jemarinya yang kasar membelai rambutku.Mungkin,seandainya matanya yang buta itu bisa mengeluarkan air mata,akan melelehsatu demi satu.Ditubuhku yang hangat ini.

Tak bisa lagi ia meredam ambisiku,seperti halnya yang sering ia lakukan.Kadang ketika jengkel,aku menggolongkannya dalam satu aliran yang samadengan kakakku.

Diatas buku kumpulansoal-soal tes CPNS,bulir-bulir hangat itu berjatuhan.Merasakan kasih sayangnya yang terlalu halus untuk ditangkaphatiku yang buram ini.

***

Mataku melongo.Satu persatu kutelusuri soal.Enam mata pelajaran yang terdiri dari Matematika,Bahasa Inggris,Bahasa Indonesia,Geografi,Ekonomi,dan Sejarah itubegitu kompleks.Diluar dugaanku.

Sekuat tenaga berusaha kukonsentrasikan seluruh pikiranku.Kuacuhkan segenap bayang-bayang yang muncul dalam imajiku.Akh,mengganggu.Aku harus berhasil berjibaku dengan soal-soal ini.

Satu jam.Dua jam.

Semua masih tertunduk didepan lembaran soalnya.

Aku menyiasati dengan menjawab soal-soal yang cukup kukuasai dengan kesungguhan,seperti Bahasa Inggris,Bahasa Indonesia dan Matematika masih segar diingatan.Sedikit menyesali aku tak memfokuskan pada mata pelajaran social.

Aku menyimpulkan sendiri,kemungkinan anak jurusan IPSakan lebih menguasai soal-soal semacam ini.

Satu persatu pengawas melintas.Riko,Wawan dan Wedamasih berbisik-bisik tanpa memperdulikan pengawas.

“Waktu telah habis.Letakkandiatas meja saja dan silakan keluar ruangan”

Kuhirup nafas sejenak,dan melesat keluar ruangan,mencari sesosok wanita yang untuk pertama kalinya mendampingiku ini.

***

Dia duduk dibawah pohon akasia di taman sekolah SMP Negeri 2 Banjarbaru ini.Tangannya menggenggam sekatong plastik.Aku menghambur.

“Bagaimana, Nak?”

Kuciumi tangannya sambil tersenyum,menutupi kegalauan hatiku sendiri.Sejujurnya aku takut,melihat begitu banyak pesaingku.Jumlahnya masih separuh.Bahkan anehnya ,seorang teman yang tak kelihatan dalam daftar nama yang lulus psikotes,muncul secara ajaib diruangan tes akademik.

Astaga.Teringat yang sering diucapkan Bu Hamdah,Allah selalu mengikuti persangkaan hamba-Nya.Maka kupilih untuk berprasangka baik saja.

“Insya Allah ,Bu..”lirihku sambil meraih kantong plastikitu.Air mineral dan roti.

“Ibubelikan untukmu…Duduk, makan dulu.Habis ini kita cari angkutan umum ,langsung pulang.Ohya ini Ibu Darman dari kabupaten Batola..”

Bu Darman tak bisa berlama-lama karena anaknya sudah menunggu.Diapun pamit.

Aku masih menikmati sisa siang itu bersama wanita ini.Sambil kusuapkan pelan roti itu.Mengalirkan cerita yang bisa menenangkan hatinya yang tak bisa sarapan dari tadi.Begitu gugupnya dia.Begitu besarnya dia mengkhawatirkan masa depanku ini.

***

Badan KepegawaianDaerah (BKD ) kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Ekor mataku tak lepas dari wanita yang berada disampingku ini.Kakinya melangkahgontai disampingku sehabis keluar dari kantor tersebut.

“Pengumuman ditunda,Ibu..Nanti akan ada kabar lewat telepon jika anak Ibu lulus”ucap seorangstaff yang bekerja disana.

Kuraih tangannya,kugenggam erat dengan isyaratsabar.Matanya mengisyaratkan kamulah yang seharusnya sabar,Nak.

***

Ambisinya melebihiambisiku sendiri.Nafsu makannya menurun dalam detik demi detik menunggu beberapa hari yang lalu.Kulihat hanya berkurang beberapa biji.Namun telpon itu tak kunjung tiba.Setiap menit,sms dari Dayah masuk menanyakan keadaan dan membagi kegugupannya sendiri denganku.

Terasa berdenyut-denyut jantungku.

Terlebih wanita yang paling kukasihi itu.Ba’da Zuhur dia tertidur diatas sajadahnya,tanpa makan siang.

Sampai maghrib tiba,hp-ku tetap sepi.

Usai shalat,diam-diam kulihat Ibu menangis.Terisak begitu dalam.

Aku telah sampai pada satu kesimpulan.

GAGAL.

Dengan sisa-sisa tenagaku,tak kusempilkan sedikitpun lagi harapan.Aku harus mengepak baju-bajuku,buku-bukuku,dan berangkat besok untuk daftar ulang di Universitas lambung Mangkurat sebelum semuanya terlambat.

Logika hatiku mencoba menerima yang terbaik yang dipilihkan-Nya bukanlah IPDN***

(cerita ini akan terus bersambung sebagaimana saya terus melanjutkan hidup disini…)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun