Mohon tunggu...
Muhammad Rizki
Muhammad Rizki Mohon Tunggu... -

Entrepreneur based on Muamalah

Selanjutnya

Tutup

Money

Makna Budak di Dalam Hadis dan Al Qur'an

2 Januari 2012   06:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:27 1844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Rasulullah SAW. (Salawat dan salam atas nya), mengajarkan kepada umatnya agar berbuat baik kepada budak-budak atau hamba sahaya. Sekilas kedengarannya agak janggal... karena istilah budak pada zaman sekarang di-sama-kan dengan pembantu yang sering diperintah majikannya di rumah-rumah. Di beberapa hadis dan ayat Al-Qur'an, istilah Budakhanya sekedar diartikan sebagai 'budak' saja. Itu yang sering kita dengar dari mulut para ustad. Namun, Siapakah sebenarnya mereka?
Jika kita telusuri lagi di berbagai hadis dan ayat Al Qur'an, akan kita jumpai istilahbudakyang menjurus kepada istilah pegawaiatau pekerja atau seseorang yang bekerja untuk orang lain dan menerima gaji sebagai imbalan. Contohnya, Rasulullah sendiri memiliki puluhan budak yang harus dibiayai nafkahnya dan juga sahabat beliau Abu Bakr Siddiq yang memiliki budak lebih banyak dari rasul sendiri. Untuk apa mereka memiliki budak sebanyak itu? apa karena Rasulullah itu anak manja? atau Beliau seorang yang cacad? Sama sekali jauh dari hal-hal seperti itu. Jawaban yang pasti adalah untuk membantu meringankan pekerjaan mereka sebagai pengusaha - selain bersiar di Agama Allah... Meskipun Rasulullah telah diangkat menjadi rasul oleh Allah SWT, namun kegiatan berniaga beliau masih tetap jalan, kalau tidak, beliau akan mati kelaparan karena beliau malu memakan harta sedekah yang diberikan oleh ummat nya demi kepentingan ummatnya sendiri. Di banyak kisah, Beliau tidak pernah memakan makanan sedekah, bahkan beliau membenci hal seperti itu. Itulah alasannya mengapa Rasulullah memiliki banyak budak/pegawai.
Dengan merujuk kepada Bahasa Iindonesia yang sopan, lebih baik kita menyebut seperti ini "Rasullullah sendiri memiliki puluhan Pegawai" bukan "Rasullullah sendiri memiliki puluhan budak". Karena rasullullah pun mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya serta umatnya seperti yang tertuang dalam hadis berikut:
"Telah menceritakan kepada kami Muhammad telah menceritakan kepada kami 'Abdur RAzzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Hammam bin Munabbih bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu menceritakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Beliau bersabda: "Janganlah seorang dari kalian memerintahkan (budaknya) dengan kalimat; Hidangkanlah makanan untuk rabb kamu, wudhukanlah rabbmu, sajikanlah minuman untuk rabbmu tapi hendaklah dia berkata dengan kalimat sayyidku, maulaku (pemeliharaku). Dan janganlah seorang dari kalian mengatakan 'abdiy (budak laki-laki) ku, atau amatiy (budak perempuan) ku tapi katakanlah: pemudaku, pemudiku dan ghulamku"
Pikirkanlah dengan ilmu dan logika mengapa Rasullullah mengajarkan itu kepada kita? alasannya sederhana, karena pada masa itu belum ada bentuk perusahan seperti masa sekarang. Bahkan di daerah lain pun pada masa itu pegawai atau pekerja disebut budak/slave.
Ok.... kita masuk pada tujuan tulisan ini...
"Membebaskan budak dengan membayar sebagian harta sebagai haknya adalah salah satu alam shaleh yang akan mendapatkan imbalan pahala yang besar dari Allah."
Itulah tujuan tulisan ini dibuat.
Berat sekali rasanya melakukan itu, seberat kita mengamalkan ilmu Ikhlas di kehidupan ini. ya.... karena imbalannya dari Allah sangat besar.
Bisa kita hitung... sedikit sekali pengusaha atau perusahaan yang memengang tanggung-jawab penuh terhadap pegawainya... apalagi mau membebaskan/memutuskan hubungan kerja dengan membayar dengan harga mahal. Dan itu merupakan suatu kejahatan/dosa ketika sebuah perusahaan atau pengusaha mem-PHK pegawainya dengan harga murah, bahkan tidak membayarnya sama sekali. Di sisi lain, anjuran tersebut memperlihatkan sikap entrepreneurial di ajaran islam. ya kan....?
Jika kita orang yang kritis, pasti akan timbul pertanyaan mengapa? mengapa bisa seperti itu? ya karena Rasulullah adalah seorang pengusaha.... dan pertanyaan yang paling penting, mengapa islam menjadikan - kegiatan memebebaskan budak dengan membayarnya - akan mendapat pahala yang besar dan juga merupakan sebagai salah satu penebus kesalahan/dosa besar ketika manusia berada di dunia dan di dunia juga harus dilakukan....? seperti yang tertulis pada Surah An Nisa ayat 92.
Karena dengan itu, pegawai yang dibebaskan dari statusnya sebagai pegawai menjadi seorang yang bebas,  akan meningkatkan taraf hidupnya dengan cara memanfaatkan dana yang diterimanya tadi. Dan juga pengalamannya bekerja atau keahliannya yang dia dapat selama menjadi pegawai akan bermanfaat sekali untuk memulai usaha baru.... Jadilah ia seorang pengusaha.... Namun faktor kejiwaan juga mempengaruhi tindakannya itu. Anda pasti tau maksudnya... ya,... hanya seorang dengan jiwa/mental entrepreneur lah yang bisa mengetahui maknanya dan menerapkannya... Orang yang tidak memiliki jiwa itu pasti akan mempergunakan uang itu sebagai modal untuk bekerja dengan orang lain lagi, malah lebih parah jika uang tersebut digunakan untuk menyogok oknum instansi tertentu agar dia bisa bekerja di situ.
Sama seperti di masa sekarang, dimana perusahaan/pengusaha kecil dan besar mempekerjakan banyak orang - dengan mengganti kata 'budak' dengan kata 'pegawai' - di perusahaan mereka dan orang-orang tersebut memperoleh upah atau gaji. Dan apa sebutan bagi mereka yang bekerja untuk seseorang jika bukan pegawai....? Sayangnya zaman dahulu itu belum ada namanya PT, CV, Inc dan lain sebagainya yang menjadi sebuah bentuk badan hukum (Perusahaan). Bayangkan jika perusahaan-persahaan itu kembali ke masa lampau, pasti pegawai-pegawainya dipanggil dengan sebutan 'budak'.
Blog saya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun