Pengojek di Papua: Beberapa tukang ojek tengah menunggu muatan di pusat Kota Kab. Tolikara. (asepburhanudin)
Dengan modal Rp 5 juta untuk DP satu unit sepeda motor, pengojek di Papua Pegunungan bisa meraup bersih Rp 1.500.000,- per hari. Bila jumlah ini dipotong cicilan dan pengeluaran bahan bakar, bersihnya tak kurang dari Rp 750.000. Anda bisa bandingkan sendiri dengan pendapatan pengojek di kota-kota besar, yang selalu rebutan alas dengan ojek online. Anda Tertarik??
Suatu pendapatan yang lebih dari cukup, bahkan melebihi gaji PNS lulusan sarjana sekalipun. Padahal jam operasional mereka hanya siang hari, dari pukul 08.00 – hingga maghrib. Ketika malam tiba, mereka memilih istirahat di rumah kontrakan. Cuaca dingin dan beberapa daerah masih rawan, suatu alasan yang masuk akal mereka membatasi jam operasionalnya. Bila malas narik, motor cicilannya bisa disewakan dengan tarif lumayan juga, sekitar Rp 300.000,- hingga Rp 450.000,- lepas kunci, per 12 jamnya. Sasaran penyewa, kebanyakan tamu pendatang.
Sebetulnya, pendapatan rata-rata mereka saya rekam setahun lalu, tepatnya di Distrik Karubaga, Kab.Tolikara, Papua. Tapi, perkiraan, tak jauh berbeda dengan sekarang karena naik turun harga bensin seperti di kita, tak di soal di mata mereka. Harga bensin di Papua Pegunungan relatif stabil, yakni Rp 50.000,-/liternya. Sehingga, saya berkesimpulan, pendapatan pengojek di sana hingga kini relatif sama, atau bisa jadi lebih, sekalipun harga bensin sudah beberapa kali naik turun.
Mengapa mereka bisa untung gede, sementara harga bensin relatif mahal? Pertama saingan. Di sana hanya sedikit yang memiliki kendaraan seperti ini, terlebih mobil. Hanya bupati, wakil bupati serta pihak kepolisian yang memiliki kendaraan roda 4. Selebihnya, pengusaha atau pedatang yang notabene sudah berhasil di bisnisnya. Warga lokal, hanya PNS yang memiliki sepeda motor.
Kedua, di sana uang seolah tidak ada harganya. Untuk  jarak lebih kurang 2 Km, misalnya, mereka mengutif ongkos sekitar Rp 75.000,- Harga ini dikenakan kepada penumpang bila melintas jalan mulus dan biasa dilalui kendaran roda empat. Lain soal bila melintas jalan setapak, ongkosnya berbeda, lebih mahal. Sementara kondisi geografis di sana yang berbukit- bukit dengan inprastruktur belum memadai, tentunya bonus buat para pengojek. Mereka per hari bisa mendapatkan Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. Dipotong bensin, makan 2 x, simpanan buat sewa kost Rp 1 juta/bulan, serta cicilan motor/ Ya.... per harinya tidak kurang dari Rp 750.000,- mereka peroleh.
Pengojek kebanyakan berasal dari Pulau Sulawesi. Tukang ojek ini datang mengikuti pendahulunya yang sudah berhasil berusaha berdagang di ibu kota kabupaten yang baru beberapa tahun dimekarkan. Bahkan, tempat kost-nya, tak jauh dari lingkungan para pendatang. Mereka mangkal di beberapa titik. Antara lain di terminal, serta di seputaran kantor pemerintahan.