Mohon tunggu...
Indri Lestiani
Indri Lestiani Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Unsri 2013 - Sekarang | BEM KM FK Unsri Divisi Pengembangan Masyarakat, 2014 – 2015| BPPM As-Syifa Staf Ramush, 2014 – 2015 | LSM Gempita DPC Sukarami Sekretaris Umum, 2016 – 2017 | Relawan Anak Sumatera Selatan (RASS) Kadiv PSDMO, 2015 – 2016 | Relawan Anak Sumatera Selatan Ketua Umum, 2016 – 2017 | Komunitas Peduli Pemilu dan Demokrasi Sumsel Anggota, 2016 – 2017| Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis, 2016 – 2017 |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Baktinusa Support Mahasiswa Menjadi Negarawan Muda

25 Desember 2016   22:36 Diperbarui: 25 Desember 2016   23:46 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“people developt people, leader create leaders.”

Berangkat dari rumah menuju ke kampus, nongki ke caffe-caffe hits, tempat hiburan, wisata, dan segala kegiatan lain hingga kembali lagi kerumah, baik yang melewati jalan-jalan yang sudah biasa dilewati atau eksplor jalan-jalan baru di hiruk pikuk kota, Kita biasa menjumpai orang-orang yang mencari penghidupan di jalanan. Ada yang mengamen, meminta sedekah, berjualan dan jasa lap kaca mobil dan sebagainya. Kebanyakan anak muda mungkin  menganggap kehadiran orang-orang jalanan ini sebagai angin lalu saja. Cukup diberi receh mereka akan langsung pergi dari hadapan kita. Meskipun terkadang ada pula yang merasa prihatin dengan pola perilaku orang-orang di jalanan yang bebas,  atau malah takut dengan mereka. Jarak sosial yang jauh membuat interaksi hanya sebatas itu saja.

Keresahan itu muncul ketika melihat banyak dari mereka yang masih anak-anak. Keresahan itu bertambah kala melihat perilaku mereka. Seorang anak berpakaian lusuh, kulitnya hitam terbakar matahari kombinasi debu dan asap motor sedang  menjajakan koran, memaksa bahkan menghardik agar dagangannya dibeli. Di usia sangat muda mencari nafkah untuk sesuap nasi. Atau untuk membeli yang lain? Mungkin mainan atau buku pelajaran?. Yang muncul dibenak kita adalah bagaimana pergaulan anak ini. Benar saja, banyak dari mereka tidak sekolah, sudah mengenal rokok, lem, dan bahkan obat-obatan.

Beruntungnya sebuah komunitas yang menamakan diri Relawan Anak Sumsel mencoba membersamai mereka. Mencoba untuk jadi generasi yang tidak hanya berkomentar namun ikut turun tangan memahami permasalahan. Kumpulan anak muda yang ingin melakukan perubahan.

Awal keterlibatan saya pada komunitas ini adalah sebuah tugas blok kuliah penelitian kualitatif, yang dari sana tim saya memilih subjek anak jalanan. Setelah beberapa kali observasi, ikut turun ke jalan membersamai kegiatan anak-anak jalanan ini, membuat verbatim interview, mendengarkan cerita mereka dari sudut pandang mereka hingga analisis, saya berkesimpulan bahwa tidak cukup sebatas menyelesaikan tugas kuliah saja. Saya punya peran untuk membantu mereka. Melengkapi tim relawan yang sukarela ingin mendidik anak-anak jalanan.

Tim relawan yang berisikan potential people. Anak-anak muda penuh semangat mendidik dan memberdayakan orang lain. Waktu, tenaga, dan gagasan diberikan tanpa pamrih. Saya pribadi menyadari saya punya potensi untuk bisa memberi dampak pada lingkungan ini. Berbekal ilmu psikologi jadikan komunitas ini sebagai laboraturium pembelajaran untuk diri sendiri. Termasuk how to manage potential people ;ainnya dalam tim ini. Inilah saya sekarang leader Relawan Anak Sumsel. Tanpa tim, saya tidaklah lengkap. Tidak akan mampu mewujudkan visi komunitas ini. Yang sedang saya upayakan adalah bagaimana memanggil ruh tim agar tetap berada dalam frekunesi yang sama. One team One goal. Memaksimalkan segala potensi, pemikiran, ide sehingga mampu mencapai tujuan bersama. Galeri kegiatan Relawan Anak Sumsel bisa di akses melalui instagram @relawananakss

Sebagai leader saya ingin Potential people berani memimpin dan membawa perubahan. Walaupun kadang terasa pahit, dan membuat perasaan “teraniaya” tetap harus ada people yang rela berkorban dan rela tidak populer. Apalagi dalam urusan kerelawanan yang tidak banyak apresiasinya. Kegiatan pendampingan anak jalanan bukanlah bakti sosial sehari yang selesai dengan foto bersama kemudian di unggah ke media sosial. Kerelawana ini juga berbeda dengan kegiatan mahasiswa yang pada umumnya jelas panggungnya. Entah sebagai aktivis kampus, atau mahasiswa delegasi konferensi luar negeri atau yang langganan juara kompetisi.

Kerelawana ini adalah pendidikan. Sebuah investasi yang membutuhkan bertahun-tahun untuk melihat dampaknya. Sebagai seorang leader saya wajib untuk berbagi pemahaman dengan anggota tim saya. Potensi saya adalah untuk mereka. Bagaimana coaching dan counseling bagi anaka-anak dalam program pendampingan dan sebagainya. Bagaimana agar terlebih dahulu menggugah sisi psikologis orang lain. People developt people. Seorang leader wajib selalu ada waktu untuk sharing karena tugas leader sejatinya adalah melahirkan leader-leader lainnya.  Terinspirasi dari Dalai Lama “share your knowledge, it is a way to achieve immortality”

Kita memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menjadi orang baik. Namun apa yang kita lakukan sekarang menunjukka apakah kita hanya berangan-anagan atau kita mencicil apa yang harus menjadi visi kita dengan sepenuh hati. Menginvestasikan waktu yang berharga dengan belajar, akan membedakan kualitas kita di masa yang akan datang. We are young, We are Leaders ! Begitulah Baktinusa mendidik saya.

Beasiswa Aktivis Nusantara atau disingkat menjadi Baktinusa ini adalah program pengembangan bagi aktivis mahasiswa untuk membentuk pemimpin berkarakter dan kompeten yang berperan aktif di tengah masyarakat demi terwujudnya Indonesai berdaya. Penerima manfaat Baktinusa akan mendapatkan uang pendukung aktivitas Rp 800.000,- per bulan, pembinaan dan mentoring selama 2 tahun, Future Leader Camp, Program Adik Asuh, Gerakan Sosial Regional, Strategic Leadership Training, Activist Development Program, Monitoring And Evaluation, Marching For Boundaris, Kunjungan Dan Silaturahim Tokoh dan Penguatan Jaringan Media. Berikut ulasan fasilitas-fasilitas dari Baktinusa:

1. Uang pendukung aktivitas Rp 800.000 per bulan.

Uang yang diberikan dipastikan digunakan untuk pendukung aktivitas dan dilaporkan ke management pusat Baktinusa.

2. Pembinaan dan Mentoring Selama 2 Tahun

Kontrak “akad” Baktinusa selama dua tahun sehingga penerima manfaat Baktinusa mendapat pembinaan selama dua tahun. Pembinaan ini berupa coaching keterampilan-keterampilan baru yang bersifat self improvement dan counseling terkait aktivitas

3. Future Leader Camp

Future Leader Camp adalah temu nasional penerima manfaat Baktinusa dari 17 Kampus Se-Indonesia selama kurang lebih satu minggu. Kegiatan berupa diskusi bersama tokoh negarawan, team building dan internalisasi visi Baktinusa

4. Program Adik Asuh

Setiap peneriman manfaat Baktinusa di motivasi untuk mentransfer ilmu kepemimpinan kepada orang lain sebagiamana pembinaan yang diterima di Baktinusa.

5. Gerakan Sosial Regional

Gerakan sosial ini adalah ciri khas gerakan per regional Baktinusa. Kegiatan ini mendorong para penerima Baktinusa untuk berdampak dalam msyarakat dalam pendidikan dan pemberdayaan.

6. Strategic Leadership Training

SLT adalah kegiatan berupa seminar yang diisi oleh negarawan Indonesi. Dari kegiatan ini penerima manfaat BAktinusa diharapkan mampu mempersiapkan diri dalam mengemban tampuk kepemimpinan Indonesia di masa yang akan dating.

7. Activist Development Program

ADP adalah program pendidikan bahasa Asing di Pare kampung Inggris. Program ini hanya diberikan bagi penerima manfaat yang memenuhi kriteria untuk ditingkatkan kemampuan bahasa inggrisnya.

8. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi ini berguna untuk memantau program-prpgram yang telah diberikan Baktinusa dan bagaimana dampak dan perkembangan kebermanfaatannya.

9. Marching for Boundaris

MFB adalah program sebulan mengabdi di perbatasan kriteria 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Program ini wajib bagi penerima manfaat Baktinusa untuk mengasah kemampuan diri untuk survive dan belajar hidup prihatin serta meraskan langsung permasalahan bangsa sehingga memotivasi diri untuk menjadi pemimpin yang akan membuat kebijakan nantinya.

10. Kunjungan dan Silaturahim Tokoh

11. Kunjungan dan Silaturahim tokoh adalah kegiatan yang bertujuan agar penerima manfaat Baktinusa dapat sharing langsung dengan tokoh-tokoh yang menginspirasi dengan kegiatan bermanfaat. Tokoh disini bisa dari tokoh masyarakat, tokoh pemerintah, dan tokoh lainnya yang berpengalaman di bidangnya.

12. Penguatan jaringan dan media

Kegiatan ini berupa kunjungan media untuk membangun jejaring bersama media lokal. Penerima mnafaat Baktinusa diharapkan dapat menyalurkan ide dan gagasan melalui media.

Fasilitas diatas adalah bentuk keseriusan Baktinusa untuk menyiapkan pemimpin-pemimpin yang mampu mengelola potensi diri untuk kebermanfaatan. Program yang diberikan adalah investasi manusia untuk mencipta diri lebih berdaya. Berdaya untuk memberdayakan dan memimpin orang lain. Program yang membiasakan penerima manfaatnya untuk memposisikan diri sebagai negarawan muda. Negarawan muda yang sedang belajar merawat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun