Mohon tunggu...
Luluk Ramadhany
Luluk Ramadhany Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Seorang Anak Desa, Tinggal di pati jawa tengah, lulusan Tsanawiyah/SLTP.\r\nKebenaran ada di Banyak Sisi,Kadang kebenaran berada di posisi yang salah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Pascabayar dan Fenomena Istilah "Wani Piro"

26 Februari 2014   20:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13933965942010609057

[caption id="attachment_324821" align="aligncenter" width="300" caption="gambar:waspada.co.id"][/caption]

Fenomena politik Pasca bayar, ya… itulah yang sekarang ini menggerus negeri ini, Betapa tidak politik yang seharusnya di jadikan alat untuk membangun domikrasi kini malh sering di salah kaprahkan, Atas nama demokrasi politik sering di plintir , sesuai dengan kepentingan masing-masing kelompok dan golongan untuk mencapai kekuasaan, Memang kita sadari antara politik dan kekuasan tidak akan bisa di pisahkan,kekuasaan tanpa politik ibarat agama tanpa moral, dan sebaliknya, disadari atau tidak politik senantiasa berkutat pada, Kekuasaan – sumber kekuasaan – pengaruh – pembuat dan pelaksanan kebijakan serta Pengambilan keputusan dan cara mendistribusikan kekuasaan. Ada beberapa trik politik yang selalu di gunakan oleh para politikus, yang pertama politik bagai mana dia mempengaruhi orang dengan ragumen-argumenya dan orang itu mau ikut dengan sukarela hal ini biasanya terjadi pada dan di lakukan kepada mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan kata lain politik ini di gunakan padakalangan menengah atas,yang kedua bagai mana politikus mempengaruhi orang dengan argumennya-argumenya dan orang yang di pengaruhi tidak menyadarinya, hal seperti ini biasanya menyasar kepada mereka yang berpendidikan nanggung, contohnya kayak saya ini serta kelas menengah kebawah dalam hal pendidikannya. Yang ketiga adalah politik kekuasaan, cara-caraini biasanya di lakukan oleh orang yang punya jabatan, dengan jabatanya dia akan menaku-nakuti orang dan imbasnya orang itu akan ikut pilihanya karena rasa takut. Yang keempat yang sekarangmarak dan sering terjadi pada kancah perpolitikan kita adalan politik uang dalam istilah kerenya money politic.Politik uang bak cerita tak berujung,walau kehadirannya sunguh-sungguh dilarang dan melanggar konstitusi tapi secara terang-terangan dalam istilah tau sama tau praktek ini terus berjalan , walau hukum yang berlaku pemberi dan penerima akan mendapat sangsi pidana. Hal ini seakan tak mempengaruhinya. Karena mereka menganggap kalau mereka tertangkap itu hanya akibat nasib buruk saja.

Munculnya fenomena politik uang alias money politik, mau tidak mau akan berimbas terjadinya “POLITIK PASCA BAYAR” Mengapa aku pakai istilah “POLITIK PASCA BAYAR” aku contohkan begini, kita memakai layanan tlp pasca bayar, kita bisa memakai hal itu semau kitakadang tanpa kita control, dan pada akhir bulan kita baru sadar berapa pemakaian yang kita pakai,Begitu juga politik pasca bayar, para calon penguasa ini akan menggunakan uangnya dengan sesuka hatinya tanpa memikirkan cos yang akan menimpanya, apa yang terjadi di saat dia jadi dan menghitung biayanya berapa dan bila biaya yang di keluarkan tak sebanding dengan gaji yang di peroleh selama menjabat, akibatnya adalah dia akan mebabi buta alias korupsidalam menutupi cos yang telah mereka keluarkan.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya “POLITIK PASCA BAYAR” antara lain adalah gara-gara politisi yang gila kekuasaan,gila pangkat,gila jabatan, sehingga dengan berbagai cara mereka lakukan demi hal itu, tak kecuali cara memberi uang dengan embel-embel ganti uang bensin ataupun ganti uang makan, Salah besar bila terjadinya money politik karena tuntutan masyarakat, para politisilah yang pertama kali menggunakan cara itu sehinggaberkembang di masyarakat kita sekarang ini, istilah sebutan "wani piro" (berani bayar berapa) mendai tren di kalangan masyarakat. Jadi jangan salahkan rakyat kalau saat ini berkembang ungkapan "wani piro" yang justru menjadi momok bagi para politisi. "Itu namanya, senjata makan tuan," yang sekarang ini sudah menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat.

Terjadinya “POLITIK PASCA BAYAR” akan berdampak buruk bagi perpolitikan di negeri ini, lebih-lebih akan melahirkan para penguasa dan pengambil kebijakan yang hanya akan mementingkan pribadinya. Sebab Para calon pejabat publik, baik di eksekutif maupun legislatif bisa membeli suara rakyatnya. Padahal uang yang mereka gunakan berasal darihal-hal yang tidak jelas. Kalau kemudian rakyat menuntut mereka bekerja untuk bangsa, mereka berkilah sudah ditunaikan pada waktu kampanye, saat mereka membayar untuk tiap suara yang mereka peroleh,” . Memang sebuah delima di sisi lain kita mau mencoba menata demokrasi yang lebih baik, di lain sisi trauma Masyarakat atas kinerja para penguasa yang mengambil keputusan dan kebijakan selama ini yang mereka anggap tidak berpihak pada mereka dan tidak mampu merubah nasib mereka, istilah keren yang berkembang di masyarakat “ sopo wae seng dadi aku yo tetep ngene, nasibku yo ajeg koyo ngene, (siapa saja yang berkuasa aku ya kayak gini, nasibku ya kaya gini tak berubah).Masyarakat bukanya tidak tau ibas dari apa yang mereka lakukan dengan menerima uang, mereka tau,mereka menyadari tapai mereka berfikir, inilah saatnya balas dendam di kasih duit, kalau tidak ada acara begini kita tidak akan mendapat duit.

Dengan situasi yang berekembang seperti ini seharusnya partai politik yang mendapatkan dana untuk pendidikan politik ,bisa memberi contoh yang baik, bukan sebaliknya, sekali lagi fenomena ini terjadi akibat ulah politisi itu sendiri dan partai politik. Sekarang tugas mereka adala bagai mana mendidik masyarakat untuk berpolitik yang benar. Dengan cara menunjukan kepada masyarakat kinerja mereka .

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun