Mohon tunggu...
Luluk Ramadhany
Luluk Ramadhany Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Seorang Anak Desa, Tinggal di pati jawa tengah, lulusan Tsanawiyah/SLTP.\r\nKebenaran ada di Banyak Sisi,Kadang kebenaran berada di posisi yang salah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah "Racun" yang Sering Kita Anggap Hiburan

27 Januari 2014   16:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13908133251633203888

[caption id="attachment_318649" align="aligncenter" width="490" caption="whatanews.net"][/caption]

Dalam era globalisasi ini akan terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan agama diseluruh dunia yang memanfaatkan jasa komunikasi, tranformasi dan informasi. Pertemuan dan gesekan ini akan menghasilkan kompetisi liar yang berarti saling dipengaruhi dan mempengaruhi, saling bertentangan dan bertabrakan nilai-nilai yang berbeda yang akan menghasilkan kalah atau menang; atau saling bekerjasama (eclectic) yang akan menghasilakan sintesa dan antitesa baru.

Disisi lain peran orang tua sangat di perlukan dalam Mengontrol hal ini, Tidak cuma orang tua Pemerintah lewat lembaga-lembaganya seharusnya peka terhadap perubahan globalisai ,Sebab globalisai bagaikan pisau bermata dua, satu sisi mempunyai nilai negatif sekaligus mengandung hal-hal positif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan baik.

Disadari atau tidak Dunia Digital terutama pertelevisian  mempunyai peran penting dalam pendidikan putr-putri kita ,sekaligus mempunyai peran penting  sebagai  tuntunan moral bagi putra-putri kita. Bahkan boleh di katakan televisi sekarang sudah menjadi orang tua dan guru kedua bagi putra-putri kita dalam membentuk karakter putra-putri kita. televisi melalui frekuensi dengan sumber daya terbatas dengan mudah dapat di accses tanpa batas. Akibatnya banyak putra-putri bangsa ini secara tidak langsung mengikuti prilaku yang ada dalam pertelevisian tersebut.

Kita akuai tontonan tv itu di desain sedemikian rupa untu menghibur masyarakat, dan menjadi mata pencarian bagi sebagian orang, tapi bukankan naif  bila hanya memikirkan keuntungan serta dan memikirkan nasib orang-orang di balik layar, tapi mengabaikan  pendidikan moral jutaan putra-putri kita di luar sana. haruskah demi orang-orang di balik layar membiarkan anak-anak kita tiap hari dicekoki suguhi tontonan yang tidak mendidik dari segi fisik dan ucapan. Dari pagi sebelum anak-anak pada pergi sekolah sudah di suguhi tontonan-tontonan yang  dapat di kategorikan tontonan yang tak patut pada jamnya. Perkelahian,saling caci maki, bahkan dalam unsur agampun tontonan tersebut masih  ada ucapan-ucapan "guyonan" yang seharusnya tak di ucapkan.

Mungkin sebagian kita Dengan mudahnya bisa bilang " itu tergantung orang tua dan anaknya" atau mungkin juga  Sebagian kita mungkin dengan gampang menyederhanakan masalah Dengan tontoan tv yang sekarang merebak, dengan mengatakan ” senang ya di tonton tidak senang yang pindah chanel”  ya itu memang solusi tapi itu bukan solusi jangka panjang tetapai solusi jangka pendek.Sebagai orang tua kita tidak bisa 24 jam mengawasi putra-putri kita, karena ada kewajiban lain yang harus kita jalankan juga sebagai orang tua.

Disini seolah-olah pemerintah menutup mata, tidak mau tau,dan cuek dengan masalah-masalah ini,Padahal dalam hal ini peran pemerintah  di harapkan lebih dominan dalam mengontrol acara-acara dalam era digital ini.Pemerintah terus gembar-gembor soal dana pendidikan anak, gembar-gembor soal moral anak, tapi semua itu kalau tidak di barengi dengan kontrol dari media semua itu hanya akan menjadi isapan jempol belaka.

Orang tua memeng mempunyai peran penting dalam pendidikan moral anak, tetapai di era digital seperti ini peran pemerintah di harapkan lebih dominan dalam mengontrol arus globalisasi dan tontonan mana yang layak di jam sekian dan mana yang tidak layak di jam sekian, jangan karena tuntutan rating dan bisnis semua di abaikan, norma-norma di kesampingkan, demi orang-orang yang ada di belakang layar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun