Sudah berapa tahun Klopp di Anfield? Apa ekspektasi terhadapnya ketika pertama kali datang di Anfield untuk menggantikan Rodgers di tengah jalan?
Mungkin tidak adil menghakimi Klopp. Tapi dua musim bersama Liverpool apa prestasi terbaiknya?
Nyaris juara Europa Cup dan Piala Liga di tahun pertama dan susah payah finish peringkat empat setahun berselang.
Bandingkan dengan koleganya di Manchester United, Jose Mourinho yang justru sukses menyabet Europa Cup dan Piala Liga di tahun pertama. Atau, Antonio Conte yang mengembalikan kejayaan Chelsea di Premier League juga di tahun pertama.
Menilik juara-juara Premier League dua musim berturut-turut; Leicester dan Chelsea yang tidak ambil bagian dalam kampanye Eropa, musim lalu sejatinya Liverpool punya kans yang bagus bersaing di jalur juara. Tapi apa lacur, mereka tak mampu melakukannya. Apa sebabnya? Ketidakseimbangan dan lini belakang yang amburadul.
Bagaimana dengan musim ini? Menengok peringkat Liverpool hingga pekan ke 13 yang tertahan di peringkat keenam, target realistis bagi Si Merah adalah bersaing di zona Liga Champions. Menyerupai target Arsenal dalam satu dasawarsa terakhir.
Jurgen Klopp adalah orang yang cukup toleran dan terlalu percaya dengan pemain-pemain yang sering melakukan blunder. Taruhan yang cukup besar untuk seorang manajer di sebuah liga yang menuntut prestasi.
Cukup mengecewakan ketika Klopp tidak membenahi sektor belakang dengan menambah pemain-pemain berkualitas saat bursa transfer musim panas lalu. Tercatat hanya Andrew Robertson, nama anyar di sektor kiri pertahanan yang di beli Liverpool. Nama terakhir bahkan jarang di turunkan dalam line up.
Apa yang terjadi kemudian.? Dengan pemain-pemain lawas, Liverpool tetap punya problem yang sama seperti tahun lalu. Gampang kebobolan. Unggul 3-0 di babak pertama matchday 5 Liga Champions kontra Sevilla, mereka akhirnya harus puas berbagi angka. Tiga hari berselang dalam pekan ke-13 Premier League, minimnya konsentrasi sebabkan The Anfield Gank membuang percuma tiga angka di depan mata kala keunggulan 1-0 di buyarkan gol "umpan" Willian di menit 85.
Dengan kondisi seperti ini susah mengharapkan Liverpool menjuarai kompetisi yang tersisa. Terakhir mereka pagi-pagi sudah angkat koper dari Piala Liga.
Klopp terlalu percaya diri dengan gegen pressingnya yang terbukti tidak selalu manjur di Premier League. Hal ini diperparah dengan skema formasi yang tak pernah berubah 4-3-3, yang meskipun apik dalam menyerang tapi tidak memberikan keseimbangan saat bertahan.