Mari duduk sini, dik.!
Liat lah keindahan malam ini
bintang berpijar
angin berhembus perlahan
menembus sampai ke tulang sum-sum
Mari duduk sini, dik!
bantu kakakmu ini, memilah hasil buruan,
tadi siang.
di situ ada kertas putih, hitam coklat dan tak jelas rupanya.
sama seperti pelajaran hidup kita dik.
Adik, kertas putih kau jadikan satu dengan sejenisnya
hitam satukan dengan gerombolannya
coklat dan berdebu serta tak tau warnanya
pasti menjadikan tumpukan yang lebih banyak.
Itulah sampah negeri ini.
Terus dik, jangan berhenti
jangan meratapi kehidupan
sampai suatu saat kamu memahami
kita sudah merdeka, katanya?
Besok saat orang lain ramai berkumpul
kau dan aku berdua berdiri di tempat jauh
biar bau badan kita tak racuni mereka
pun kita tak di usir seperti yg lainnya.
Sehingga kita bisa memungut sisa-sisa yang ada
kantong minuman
bekas tempat makanan
syukur-syukur ada sisa daging ayam yang di ekspor
katanya, enak sekali.
Adikku, jangan terkejut besok ya?
sampah-sampah itu, akan meninggalkan sampah yang ada merah putihnya.
karena mungkin, mereka tak peduli
Merah Putih, berkibar di hati kita
yang mereka anggap sampah, nista.
Kamu mengerti dik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H