Mohon tunggu...
Fendi Kachonk Kachonk
Fendi Kachonk Kachonk Mohon Tunggu... lainnya -

Seseorang yang belajar memberi makna, pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merah Putih di Hati

16 Agustus 2012   15:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:40 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mari duduk sini, dik.!
Liat lah keindahan malam ini
bintang berpijar
angin berhembus perlahan
menembus sampai ke tulang sum-sum

Mari duduk sini, dik!
bantu kakakmu ini, memilah hasil buruan,
tadi siang.
di situ ada kertas putih, hitam coklat dan tak jelas rupanya.
sama seperti pelajaran hidup kita dik.

Adik, kertas putih kau jadikan satu dengan sejenisnya
hitam satukan dengan gerombolannya
coklat dan berdebu serta tak tau warnanya
pasti menjadikan tumpukan yang lebih banyak.
Itulah sampah negeri ini.

Terus dik, jangan berhenti
jangan meratapi kehidupan
sampai suatu saat kamu memahami
kita sudah merdeka, katanya?

Besok saat orang lain ramai berkumpul
kau dan aku berdua berdiri di tempat jauh
biar bau badan kita tak racuni mereka
pun kita tak di usir seperti yg lainnya.

Sehingga kita bisa memungut sisa-sisa yang ada
kantong minuman
bekas tempat makanan
syukur-syukur ada sisa daging ayam yang di ekspor
katanya, enak sekali.

Adikku, jangan terkejut besok ya?
sampah-sampah itu, akan meninggalkan sampah yang ada merah putihnya.
karena mungkin, mereka tak peduli

Merah Putih, berkibar di hati kita
yang mereka anggap sampah, nista.

Kamu mengerti dik?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun