Mohon tunggu...
Fendi Kachonk Kachonk
Fendi Kachonk Kachonk Mohon Tunggu... lainnya -

Seseorang yang belajar memberi makna, pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi di Desa Sepi

6 Januari 2013   13:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Bila rumahrumah sudah kosong
sawah tak lagi rindang dari tetanaman
maka dilema telah merajalela
sekarat dalam biduk nasi dan nampan prasasti

hujan adalah kidung menakutkan
berkerudung kabut hitam, menjilat
cipta nada ngeri, di sekujur tubuh pertiwi
genangan luka, nganga, menjelma
tangisan demi tangisan yang hentak, meronta

bermaksud terbang pada singgasana rapuh
istana ulatulat yang geliat pada tepi undangundang
denting piano sansai, lebur sukma
negeri yang bersimbah darah pahlawan
catatan kematian di ujung para penulisnya

ah, masih sunyi dan perih yang binasa
melukis malam sepi di desadesa, mati
lampu temaram karbitan telah lukai nurani
setiap bayang muncul dari persegi empat
seperti ketupat, ajarkan estetika mengumpat

ah, sepi masih tema pertunjukannya
hantarkan kepedihan
berikan keluguan
hitam dan putih
lalu, semua memilih suara

: Teriak !!!

Moncek Tengah, 7 Januari 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun