Tantangan di lingkungan kerja seringkali melibatkan dinamika antar sesama rekan kerja, terutama saat harus berhadapan dengan junior yang terkesan belagu atau sombong. Situasi semacam ini bisa menimbulkan ketegangan dan mempengaruhi atmosfer kerja secara keseluruhan. Junior yang terlihat merendahkan senioritas dan kemampuan kita dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, merusak kolaborasi tim, dan mengganggu produktivitas.Â
Bagaimana sebaiknya menghadapi situasi semacam ini dengan bijak dan profesional? Bagaimana membangun hubungan yang sehat antara junior dan senior di lingkungan kerja? Perlu adanya strategi komunikasi yang efektif dan pendekatan yang tepat agar situasi tersebut dapat diatasi tanpa merusak hubungan kerja yang sudah terjalin.
Salah satu kunci penting dalam menghadapi junior yang terlihat belagu atau sombong adalah dengan memahami latar belakang dan motivasi di balik perilaku tersebut. Bisa jadi perilaku tersebut muncul akibat rasa kurang percaya diri atau keinginan untuk membuktikan kemampuan kepada orang lain. Sebagai senior, memahami dan mengakui potensi serta usaha yang dilakukan oleh junior dapat membantu menciptakan hubungan yang lebih harmonis. Pendekatan yang bijaksana dan empati dapat membantu memperbaiki persepsi dan membangun kepercayaan antara junior dan senior.Â
Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa batasan hierarki dan kewenangan dalam pekerjaan tetap jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman atau penyalahgunaan kekuasaan yang dapat merugikan kedua belah pihak. Dengan adanya komunikasi yang terbuka dan transparan, diharapkan kerjasama antar junior dan senior dapat berjalan dengan lebih lancar dan produktif, tanpa adanya gesekan yang tidak perlu.
Ketika junior terkadang meminta mengerjakan sesuatu dengan cara yang seolah-olah hanya meminta bantuan padahal sebenarnya menumpahkan tanggung jawab kerja kepada senior, penting untuk menetapkan batasan yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Mengkomunikasikan harapan dengan jelas dan menyampaikan ekspektasi secara tegas dapat membantu menghindari kesalahpahaman dan memastikan junior memahami peran serta tanggung jawabnya. Dalam hal ini, penting untuk mengajak junior untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan dengan memberikan kesempatan belajar melalui tugas-tugas yang sesuai dengan tingkat pengalaman dan pengetahuannya. Dengan demikian, junior dapat merasa dihargai dan didukung dalam mengembangkan potensinya tanpa merasa direndahkan.
Selain itu, penting juga untuk menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan inklusif, di mana setiap anggota tim merasa dihargai dan didengar. Melalui pembinaan hubungan yang positif dan berdasarkan saling pengertian, baik junior maupun senior dapat saling mendukung dan memotivasi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Membangun komunikasi yang terbuka, mendengarkan dengan aktif, dan memberikan umpan balik yang konstruktif dapat membantu meningkatkan efektivitas kolaborasi antar tim. Dengan demikian, tercipta lingkungan kerja yang saling mendukung, di mana setiap individu merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaiknya.
Dalam situasi yang kompleks dan menantang seperti ini, keterbukaan untuk memahami dan menerima perbedaan, serta kemauan untuk bekerja sama secara konstruktif, sangatlah penting. Dengan membangun hubungan yang didasarkan pada saling menghargai dan mendukung, dapat tercipta kolaborasi yang harmonis dan produktif antara junior dan senior. Dengan mengutamakan komunikasi yang efektif, pemberian umpan balik yang konstruktif, dan memperkuat sikap inklusif, dapat terwujud lingkungan kerja yang positif, di mana setiap individu dapat tumbuh dan berkembang bersama dalam mencapai kesuksesan tim secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H