Wahai lelaki yang telah ditakdirkan Tuhan berjumpa denganku kala itu. Hari berganti terasa begitu cepat. Secepat saat aku melihatmu pergi dari pandanganku.
Tak banyak cerita uang kamu utarakan. Tak banyak waktu untuk saling bertatap. Bahkan untuk hal yang lebih dari itu. Hanya sebuah senyum yang terukir di wajahmu yang pernah hadir pada masanya.
Rindu terpasung dalam raga. Temu tak jua menjadi nyata. Hanya usaha dan doa yang kuharap menjadi nyata.
Malam ini, masih tentangmu. Banyak hal yang membuatku kembali pada kisah silam. Tatkala kita masih berada di tempat yang sama.
"Aku mau pulang" katamu.
Bayanganku hanya ada pada sebuah tempat yang bahaya. Tempat dimana banyak orang takut untuk mendatanginya. Lalu, kamu ingin segera pulang dengan alasan yang tidak kamu utarakan padaku.
Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu pergi. Sedangkan di luar sana sangat berbahaya. Adalah waktu dimana kamu harusnya diam di rumah.
Dengan berbagai alasan yang kuharap kamu segera membatalkan rencanamu. Mengingat betapa khawatirnya aku. Tanpa aku peduli sebenarnya siapa aku untukmu.Malamnya sesuai permintaanmu. Aku berdoa semoga kamu baik baik saja.
Aku tahu, kamu adalah lelaki tangguh. Kamu diciptakan tangguh untuk melewati cobaan yang Tuhan berikan padamu. Namun, jika keadaannya seperti ini. Semua banyak resikonya.
Pagi hari saat aku terbangun dan selesai menunaikan kewajiban. Segera kuambil handphone dan melihat beberapa notif.
Bertemu denganmu adalah salah satu cita-citaku. Kebahagiaan yang juga sangat aku nantikan.