Malam ditemani rintik hujan yang semakin deras. Sunyi, tak ada seorang pun berlalu lalang di depan rumah.
Duduk menatap sebuah buku kecil yang selalu menemani kemana pun aku pergi. Ya, aku mencintainya. Ia selalu ada, menjadi teman dalam perjalanan hidupku.
Rasa itu ada, tapi tidak sekuat saat ini, katamu.
Semakin hari, aku semakin muak pada diriku. Aku benci diriku yang masih saja menaruh harapan padamu. Harapan yang tidak seharusnya aku miliki.
Siapa saya? Apa hak saya berharap terhadap Anda? Perih memang.
Parahnya lagi, aku berpikir rasa yang kamu utarakan padaku hanya sekedar usahamu untuk membunuh penasaranmu. Rasa penasaran terhadap isi hatiku padamu, yang telah lama bersarang dalam benakmu.
Aku berpikir, setelahnya kamu tahu perasaanku. Kamu berlalu begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata pun.
Satu hal yang harus kamu ingat. Meski jarak memisahkan, bukan berarti aku tidak bisa terus mencintaimu. Rasa itu justru semakin kuat, Brian.
Selasa hujan, ditemani segelas jasuke dan surat terakhir darimu.
Sumedang, 21 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H