Pembangunan suatu wilayah ditujukan untuk mencapai keseimbangan untuk menciptakan keuntungan dari interdependensi yang efisien antara berbagai sektor. Akan tetapi, mayoritas pembangunan masih tidak seimbang karena terpusat pada sektor tertentu yang mempertinggi peluang pembangunan yang memusat untuk mengefisiensi potensi sumber daya yang tersedia di wilayah tersebut.
Kediri sendiri merupakan kabupaten penunjang Kota Kediri dan Metropolitan Malang Raya yang memiliki berbagai sektor campuran dalam ekonomi wilayahnya. Tiga sektor terpenting yang menunjang ekonomi wilayah Kabupaten Kediri adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 22,48% PDRB. Lalu, sektor Industri Pengolahan dengan sebesar 21,94%, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan 20,20%.Â
Kondisi geografis wilayah yang dekat dengan kawasan metropolitan menyebabkan aspek spasial keruangan kawasan ini berkembang mengikuti kecenderungan tarikan ekonomi. Mayoritas pusat kegiatan di luar pusat kegiatan utama memiliki fungsi sebagai hinterland yang menopang perekonomian dua kawasan besar, yaitu Malang dan Surabaya.Â
Hinterland merujuk pada kawasan yang menjadi pen-supply dari pusat kegiatan utama. Aspek spasial Kediri yang dipisahkan oleh pegunungan Arjuna-Kawi menyebabkan adanya hambatan spasial dalam hal transfer ability dengan kedua wilayah. Akan tetapi, hal tersebut juga memiliki potensi sebagai kawasan pertanian yang subur karena berada di wilayah dengan kondisi tanah aluvial dan vulkanis.
Sektor pertanian mengambil andil besar dalam basis perekonomian Kabupaten Kediri. Terdapat kawasan agropolitan (kota pertanian) dengan sumber daya alam yang baik di bagian selatan Kabupaten Kediri. Saat ini, terdapat empat kawasan yang menopang ketahanan pangan di Kediri, yaitu Pakancupung, Segobatam, Ngawasondat, dan Palempari. Keempatnya merupakan akronim dari seuatu kesatuan wilayah yang homogen.
Pakancupung merupakan akronim dari empat kecamatan, yaitu Pare, Kandangan, Puncu, Kepung. Segobatam merupakan akronim dari Kecamatan Semen, Grogol, Banyakan, Tarokan, dan Mojo. Ngawasondat merupakan akronim dari lima kecamatan, yaitu Kecamatan Ngancar, Wates, Plosoklaten, Ringinrejo, dan Kandat. Palempari merupakan kesatuan wilayah di utara yang terdiri atas Kecamatan Pare, Plemahan, Papar, Purwoasri.Â
Kawasan agropolitan Ngawasondat merupakan daerah subur yang diapit oleh dua gunung besar, yaitu Gunung Kawi di sisi timur dan Gunung Kelud di sisi barat. Kawasan Ngawasondat memiliki komoditas unggulan Nanas dan Pepaya. Agropolitan Pakancupung merujuk pada wilayah bagian timur yang dekat dengan lereng Gunung Arjuna. Kawasan ini menjadi sentra produksi cabai, bawang merah, dan sayuran.Â
Palempari merupakan kesatuan wilayah di utara Kabupaten Kediri dengan komoditas padi dan palawija. Wilayah ini didominasi oleh dataran rendah dan dilewati DAS tengah sungai brantas, sehingga memiliki tanah aluvial yang cocok untuk persawahan. Agropolitan Segobatam berada di bagian barat Kabupaten Kediri dengan komoditas unggulan mangga podang, kopi, jeruk, dan ubi kayu. Segobatam memiliki potensi tanaman keras karena m=berada di sekitar Gunung Liman dan Gunung Wilis. Â
Mayoritas agropolitan di Kediri dilintasi oleh Sungai Brantas, sehingga aspek hidrologis dalam kawasan menjadi berlimpah. Wilayah ini dijadikan kesatuan kawasan berdasarkan kesamaan/homogenitas corak ekonomi dan spasial yang ada. Sebagai wilayah homogen, kawasan ini memiliki fungsi penopang sirkulasi ekonomi di Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Gerbangkertasusila, hingga Malang Raya.Â
Kawasan Agropolitan menjadi lumbung padi utama di kesatuan wilayah Kediri yang menyuplai bahan pangan, seperti beras, sayur, jagung, dan buah. Pada dasarnya, penentuan sektor basis perekonomian Ngawasondat disesuaikan dengan daya dukung wilayah yang mampu dijadikan tempat produksi pertanian. Hal ini akan berkaitan erat dengan transportasi dan biaya angkut. Keunggulan komparatif kawasan ini memiliki kompetitor di kawasan pertanian sekitar.
Hal ini memperkuat asas ekonomi regional yang membutuhkan tiga variabel dalam pengaplikasiannya. Ketiga asas tersebut adalah imperfect factor mobility (distribusi yang tidak merata), imperfect divisibility (konsentrasi spasial), dan imperferct mobility of goods and service (perlu biaya transportasi dan layanan).Â