Mohon tunggu...
Jurnalis KW 2
Jurnalis KW 2 Mohon Tunggu... profesional -

phlegmatis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pujanga Indonesia Itu Sedang Terbaring Sakit

7 Mei 2014   00:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:47 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399373304544443403

Pujangga yang saya maksud dalam tulisan ini adalah Prof Dr. Sapardji Djoko Damono. Buat sebagian orang pasti tak asing lagi dengan pria kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940 ini. Puisi-puisinya selalu menggunakan kata-kata sederhana, tetapi sarat makna. Beberapa waktu lalu, beliau jatuh terpeleset. Kejadian tersebut menyebabkan tulang di kaki kirinya ada yang bergesar. Sementara, kaki kirinya tidak bisa bergerak. Jika dipaksa bergerak, sakit tak tertahankan.

Saya tidak begitu dekat dengan pria yang kini berusia 73 tahun ini, dan pasti sebaliknya. Namun sebetulnya, jika menenggok ke belakang, saya kerap berinteraksi dengan beliau saat masih menjadi mahasiswa di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) yang sekarang menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di Depok, Jawa Barat. Beliau pernah menjadi Dekan FSUI pada 1990-an.

Interaksi saya dengan pak Sapardji terjadi lagi, saat beliau menjadi dosen tamu di Fakultas Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 2000-an. Jika saat menjadi Dekan saya tidak pernah minta foto, giliran saat di FFTV, saya coba mendekati beliau dan meminta foto.

"Kayak artis saja pakai difoto-foto segala," ujar pak Sapardji saat itu.

Kini, beliau sedang meringkuk sakit di salah satu rumah sakit di Jakarta. Meski tidak bisa banyak bergerak, karena kaki sakit, secara fisik beliau sehat-sehat saja. Enerji pria ini seperti anak muda yang baru berusia 37 tahun.

Meski tidak sempat menengok, bersama ini saya ingin mendoakan agar dosen saya ini bisa cepat sembuh seperti sediakala lagi. Sambil mendoakan, saya mengirimkan sebaris puisi yang pernah beliau tulis dengan judul Hujan Bulan Juni.

"Aku mencintaimu.

Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan

keselamatanmu..."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun