Mohon tunggu...
Jeinner JenryRawung
Jeinner JenryRawung Mohon Tunggu... Konsultan - Mencintai Hati

Nyong Sonder yang Mencintai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi Orang Sonder

11 September 2020   12:46 Diperbarui: 11 September 2020   13:26 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi dimaklumkan sebagai 'Orang Sonder'. Kenapa demikian? Koq berani-beraninya membuat statement bahwasanya orang nomor satu di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu, adalah Tou Sonder, Tanah Minahasa, Bumi Nyiur Melambai Sulawesi Utara? Kenapa tidak?

Rasionalnya begini. Tindak tanduk Pria Kelahiran Surakarta pada 21 Juni 1961 itu, persis dengan 'Tuama Keter' (laki-laki gagah, kuat, perkasa, berani) dalam mitologi (legenda) Kecamatan Sonder, karya Jeinner Rawung, Tahun 2013. Artinya, Jokowi adalah Tuama Keter di masa lampau, yang selalu membela, tetap memperjuangkan rakyatnya dan langsung turun ke bawah memberi rangkulan.

Asal muasal dan nama Negeri Sonder sendiri, dalam berbagai referensi diambil dari nama Burung Songkel, yakni Macrochepalon Maleo atau Maleo (hewan endemik Sulawesi) yang tempo itu habitatnya terdapat di wilayah Sonder sekarang, sampai Kiawa Kawangkoan. 

Area di ujung Desa Sendangan menuju Kiawa atau sekitar Jembatan (tete besi), sampai sekarang dikenal dengan nama Songkel. Sonder sendiri berkembang pesat kala Residen Belanda Opo Tololiu memimpin. Orang Belanda sukar dalam penyebutan Songkel, lebih mudah mereka menyebut Sonder (bandingkan : di Kopenhagen Denmark terdapat area yang bernama Sonder Boulevard).

Kisah yang disajikan Rawung (2013), mengurai Tuama Keter sebagai pemuda kekar, kuat dan baik (leos), yang tinggal di Gunung Lengkoan (salah satu gunung di Minahasa yang non aktif), letaknya tepat di atas Kecamatan Sonder yang jelas kelihatan dari Kolongan Atas Raya dan Desa Leilem. 

Jika naik ke puncak, maka pandangan dapat diarahkan ke Tomohon sebelah Utara, Kawangkoan di sebelah Selatan. Ada Remboken termasuk Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Tampusu yang dulunya sentra peternakan sapi di sebelah Timur dan Suluun Tareran Minahasa Selatan di sebelah Barat.

Pria gagah dalam cerita itu, adalah sahabat dekat kelompok Burung Songkel yang hidupnya berdampingan, aman tenteram dan sejahtera. Hebatnya, karena bergantung penuh kepada Amang Kasuruan (Allah yang Agung), Tuama Keter dapat mengetahui bahwa ada Tumotongko' (Ular Piton -- Patola Phyton/Ular Sawah Raksasa) yang memang sedang kelaparan, bermaksud menyerang burung Songkel. 

Tepat pada waktunya, Tuama Keter turun gunung, langsung menghalau serangan Tumotongko', bahkan membunuh makhluk menakutkan yang berjalan dengan perut itu, sehingga tidak ada satupun Burung Songkel yang menjadi korban. ***

Kunjungan Jokowi dalam rangka menghadiri langsung Acara Natal Nasional yang digulir di Gedung Wale Ne Tou, Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulut, pada Selasa (27/12/2016), menjadi sejarah yang tak terlupakan. Bersama Ibu Negara Hj. Iriana, dirinya tampil apa adanya dan tidak ada apanya. 

Kalau sebelumnya, setiap pembesar negeri yang mengunjungi daerah harus disambut dengan tampilan Spanduk/Baliho, lengkap dengar wajah sumringah sang tokoh, tapi kali ini Panitia Daerah telah diwanti-wanti untuk tidak memasang foto sang Presiden, kecuali pesan Selamat Hari Natal dan Selamat Menyongsong Tahun Baru. 

Akhirnya, memang tak ada satupun gambar Jokowi di persimpangan jalan atau pariwara/advertising/reklame. Sebaliknya, masyarakat Sulut, lebih-lebih rakyat Minahasa bertatapan muka dengan muka dengan figur populis itu.

Mobilisasi anak dari Bapak Noto Mihardjo dan Ibu Sudjiatmi itu, paling bikin pusing Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres : Indonesian Presidential Security Unit Secret Service). Betapa tidak, Konseptor Indonesia Kerja itu, langsung membuka jendela kendaraan yang ditumpangi dan malah tak segan turun dari mobil kepresidenan saat melintas di banyak perkampungan di tanah Minahasa.

Masyarakat yang sudah bergerombol ingin melihat dari dekat sangat bahagia karena dapat melihat bahkan mendapat jabat tangan dari pemimpin mereka. Terekam kamera, tepat di Monumen atau Patung Petani di atas Gunung Lengkoan yang berada di Desa Kolongan Atas Kecamatan Sonder Minahasa, Putra Solo itu menyapa rakyatnya tanpa dibatasi kaca anti peluru.

Inilah citra Orang Sonder yang dihidupkan saudara kandung dari Iit Sriyantini, Ida Yati dan Titik Relawati itu, sama dengan yang digambarkan oleh Tuama Keter di atas. Sebagai Pemimpin, pasangan Ir. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta itu rela memenuhi kebutuhan rakyatnya, yang kala itu memang mengidam-idamkan dapat melihat langsung sang Presiden.

Dibalik agenda padat mengunjungi tanah yang kaya dengan Cengkih, Pala, Kopra, pertambangan, dan Sumber Daya Kelautan ini, ada beragam kejutan yang juga semuanya bersifat Service Orientation. 

Dua kali datang Manado, kali kedua juga ayah dari Gibran Rakabuming Raka ini berbelanja langsung ke salah satu Pusat Perbelanjaan, untuk membeli kebutuhan Sandang. Hal ini dimanfaatkan langsung oleh pengunjung Mall yang bertepatan sedang beraktivitas di sana.

Tidak itu saja, dalam perhelatan Ibadah Natal, pria yang sebelumnya berprofesi sebagai pengusaha ini, menyebut nama seorang ibu 'Mona'. Akhirnya wanita yang dimaksud pun, yakni Mona Valentin Kumendong, seorang honorer yang bekerja di lingkungan Pemerintah Kota Bitung, dihadiahi Sepeda, padahal sebetulnya Kumendong tidak tahu bersepeda.

Pria terantusias ketika mobil ESEMKA dikreasi siswa SMK di Kota Solo, sudah pulang ke Pusat Pemerintahan di Jakarta. Namun, timbul kisah susulan. Ternyata selama kunjungan ke Sulut ada seorang anak Perempuan bernama Neisha yang kecewa besar karena keinginannya untuk melihat idolanya yang mantan Walikota Solo, tidak kesampaian. 

Bocah itu menangis hebat, protes terhadap sang ayah yang tidak tanggap ketika Jokowi melalui Masarang, Tondano Selatan, Minahasa, padahal sudah diingatkan sang anak sebelumnya untuk memberi kode.

Aksi menggemaskan itu direkam dan diposting ke media sosial dan ramai ditonton serta dikomentari. Sebetulnya, kekecewaan Neisha sudah terobati karena keluarga telah berinisiatif datang ke Kota Tomohon menunggu Jokowi yang akan melintas. Benar, saat Jokowi melintas, Neisha bisa melihat langsung dan kekecewaannya berangsur pulih.

Tetapi, sudah terlanjur meluncur di dunia maya, video Neisha akhirnya dilihat oleh anak-anak Jokowi, yakni Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep. Dengan berbagai upaya, akhirnya nomor telepon orang tua Neisha dikantongi dan akhirnya pun, Neisha dapat mendengar langsung suar sang Presiden. 

Jokowi langsung menghibur sekaligus memotivasi agar anak kecil yang ingin bertemu dengannya itu tidak menangis lagi, sebaliknya belajar lebih baik lagi. Menutup obrolan, Jokowi yang pada ibadah Natal meminta umat Nasrani untuk memperjuangkan Perdamaian Sejati dan Cinta kepada Bangsa, berjanji akan menemui bocah beruntung itu, saat akan mengunjungi Sulawesi Utara kali ketiga mendatang.

PENUTUP
Alasan-alasan mengapa Presiden RI disebut sebagai Orang Sonder sah-sah saja. Jokowi bak 'Tuama Keter asli Sonder' yang kuat, gagah dan berani memberi diri sesuai kebutuhan warganya. 

Tidak sungkan langsung turun ke bawah dan tidak membatasi diri. Ini tipologi Orang Sonder yang extorvert, sehingga trampil dan sukses sebagai Pedagang (Jokowi Pengusaha), ataupun bertani (Jokowi Insinyur Kehutanan). Orang Sonder juga piawai dalam hal diplomasi dan berpolitik. Jadi ingat Ir. Najoan Habel Eman, Drs. Theo L. Sambuaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun