Mohon tunggu...
Brillian BintangSuprianto
Brillian BintangSuprianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Brillian Bintang Suprianto - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebahagiaan Eudaimonia

26 September 2022   22:36 Diperbarui: 26 September 2022   22:45 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/fKcHN3ACdjWJW1nz7

Makna Kebahagiaan menurut Artistoles

https://images.app.goo.gl/fKcHN3ACdjWJW1nz7
https://images.app.goo.gl/fKcHN3ACdjWJW1nz7

Aristoteles menegaskan bahwa kunci hidup bahagia adalah menjalani hidup yang " merasa baik " dan penuh dengan kegembiraan, kegembiraan, dan ekspresi yang menyentuh rasa cita rasa bawaan setiap orang.

Aristoteles percaya bahwa setiap manusia memiliki tujuan yang harus dicapai dengan segala cara yang mungkin .Hampir semua aktivitas menekankan bahwa satu tujuan berfungsi sebagai prasyarat untuk yang lain.Misalnya , seorang wanita bekerja untuk mendapatkan uang.Ada uang yang tersedia untuk membeli kebutuhan.Untuk mengaktifkan tugas-tugas untuk diluncurkan , ada kebutuhan .demikian seterusnya. Dalam kondisi ini, Aristoteles bertanya apakah terdapat tujuan tertinggi, terbaik, dan terakhir dikejar karena dan demi dirinya sendiri, bukan demi yang lain. Jika demikian adanya, segala tujuan yang telah disebutkan tadi pasti terarah pada tujuan terakhir ini. Aristoteles menuturkan bahwa tujuan terakhir ini adalah eudaimoniai atau kebahagiaan dalam arti well-being.

Demikian, seperti biasa. Dalam situasi ini, Aristoteles mempertanyakan apakah tujuan yang paling penting, terbaik, dan terakhir dicapai oleh untuknya secara pribadi daripada untuk orang lain. Jika demikian halnya, maka setiap tujuan yang telah dinyatakan sejauh ini kemungkinan besar akan bertentangan dengan tujuan kedua ini. Aristoteles menegaskan bahwa tujuan saat ini adalah eudaimonia atau keadaan kesejahteraan umum.

Eika di Yunani sering menanyakan tentang kehidupan yang baik dan bagaimana orang bisa menjalani hidup mereka secepat mungkin. Ketika sebuah pertanyaan muncul, apa cara terbaik bagi seseorang untuk hidup? Selanjutnya Aristoteles mengatakan bahwa ketika orang mencapai tujuan mereka, hidup mereka akan meningkat kualitasnya dan menjadi lebih menyenangkan. Karena dia mampu mencapai tujuan tertentu dalam hidup, dia mampu mencapai tujuannya sendiri. Maksudnya adalah " tujuan manusia".

Terakhir, pertanyaan tentang apa tujuan hidup manusia. Aristoteles kemudian menjelaskan bahwa apapun yang dilakukan seseorang untuk mencapai sesuatu yang baik, untuk mencapai suatu tujuan, tujuan itu menjadi tujuan. Namun, tujuan tersebut telah berkembang menjadi dua tujuan yang berbeda. Ada yang termotivasi oleh tujuan yang lebih tinggi dan ada yang termotivasi oleh dirinya sendiri  Semisal uang, diari, dicari untuk dirinya sendiri, tetapi uang merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lain, misalnya untuk biaya pernikahan.

Namun, perlu diingat bahwa semua tujuan Anda bersifat sementara dan tidak hanya terfokus pada Anda. Apa yang kita pedulikan selain diri kita sendiri ? Aristoteles dan karya Yunani lainnya mencoba mendefinisikan KEBAHAGIAAN ( eudaimonia ). Kebahagiaan merupakan tujuan terakhir manusia dan inti dari manusia kehidupan.Karena ketika seseorang bahagia, tidak ada kebutuhan untuk hal laim. Dan dalam kasus lain , jika seseorang sudah bahagia , tidak ada alasan bagi mereka untuk mencari sesuatu yang lain. Kebahagiaan yang baik pada dirinya dan suatu kebahagiaan dinilai layak jika dirinya merupakan nilai yang lebih tinggi lainnya.

Masih sulit untuk memahami apa yang telah disebutkan di atas .Jika Anda melanjutkan, Anda akan ditanya lebih banyak pertanyaan. Apa dalam hidup yang membuat orang tidak bahagia? Ada banyak pendapat dalam situasi ini. Namun, Aristoteles mengajukan pertanyaan : apa dalam hidup kita yang membuat kita tidak bahagia?

Obat mujarab orang malas adalah menjalani kehidupan yang lebih baik dengan memasukkan kekayaan. Akibatnya , hati seseorang bisa tertusuk lebih dari satu kali akibat salah paham. Kita dapat mengidentifikasi pandangan yang serupa dengan menggunakan pandangan pragmatis, dan Aristoteles mengidentifikasi pandangan yang serupa. Karena yang jelas kekayaan itu bukan sekedar tujuan untuk diri sendiri, tetapi juga sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Selain itu, telah ditetapkan bahwa kekayaan tidak mengandaikan kehadiran kebahagiaan.

Sumber lain mengklaim bahwa faktor yang paling merusak adalah kehormatan. Hal ini senada dengan apa yang disebutkan dalam pandangan seorang bangsawan. Sebaliknya, Aristoteles tidak peduli, karena orang yang menaruh rasa hormat bukanlah ukuran yang paling penting. Namun, seorang yang pantas dihormati karena dia adalah manusia yang unggul dengan kemampuan yang luar biasa.Hasilnya, kehormatan lebih dari sekedar gol di penghujung hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun