Setiap kali mendengar kata "skizofernia", mungkin orang akan mulai berstigma mengenai seseorang yang memiliki kepribadian ganda, atau seseorang yang berpotensi menyakiti orang disekitarnya. Secara umum, setiap penderita skizofernia mengalami gejala yang berbeda-beda. Ada 3 gejala dari skizofernia yakni:
- Gejala Positif
Yaitu keadaan gangguan dalam pikiran dan perilaku. Penderita bisa merasakan halusinasi, seperti melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya itu tidak ada.
- Gejala Negatif
Gejala ini membuat seseorang merasa kosong dan hampa, sehingga mereka mulai bersifat apatis (tidak peduli) kepada lingkungan sekitar. Mereka juga kehilangan motivasi atau hasrat dalam melakukan apapun.
- Gejala Kognitif
Ini adalah gejala yang paling sulit dilihat. Karena biasanya terdapat di dalam kehidupan sehari-hari. Misal, sulit berkonsetrasi pada sesuatu.
Ada sekitar 23 juta orang di dunia yang mengalami skizofernia. Pada tahun 2021 sendiri, penderita ada 400 ribu orang. Sayangnya, mayoritas dari mereka lebih banyak yang dikucilkan dibandingkan diberi pengobatan alternatif. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan skizofernia adalah seperti
- Genetik
- Komplikasi kelahiran
- Cedera otak
Hal itu juga bisa dipancing oleh stress dan penggunaan obat terlarang (NARKOBA). Kebutuhan dari seorang penderita skizofernia adalah pengobatan medis maupun kognitif dari professional di bidang ahlinya seperti psikiater dan psikolog. Kemungkinan, perilaku mereka dapat ditekan oleh obat yang diresepkan oleh dokter.
Gangguan mental bukan menjadi kesalahan si penderita. Maka kita harus berhenti memberikan stigma negative kepada penderita skizofernia. Pahamilan mengenai skizofernia lebih dalam. Jangan sampai kita hanya mengetahui, tapi tidak benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan skizofernia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H