Mohon tunggu...
Briliani Putri Pijar
Briliani Putri Pijar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat Datang

Halo pembaca, Selamat datang. Terimakasih sudah berkunjung ke profil kami!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pernahkah Kamu Mendengar tentang Skizofernia? Apa Itu?

7 Maret 2022   08:02 Diperbarui: 7 Maret 2022   08:05 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setiap kali mendengar kata "skizofernia", mungkin orang akan mulai berstigma mengenai seseorang yang memiliki kepribadian ganda, atau seseorang yang berpotensi menyakiti orang disekitarnya. Secara umum, setiap penderita skizofernia mengalami gejala yang berbeda-beda. Ada 3 gejala dari skizofernia yakni:

  • Gejala Positif

Yaitu keadaan gangguan dalam pikiran dan perilaku. Penderita bisa merasakan halusinasi, seperti melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya itu tidak ada.

  • Gejala Negatif

Gejala ini membuat seseorang merasa kosong dan hampa, sehingga mereka mulai bersifat apatis (tidak peduli) kepada lingkungan sekitar. Mereka juga kehilangan motivasi atau hasrat dalam melakukan apapun.

  • Gejala Kognitif

Ini adalah gejala yang paling sulit dilihat. Karena biasanya terdapat di dalam kehidupan sehari-hari. Misal, sulit berkonsetrasi pada sesuatu.

Ada sekitar 23 juta orang di dunia yang mengalami skizofernia. Pada tahun 2021 sendiri, penderita ada 400 ribu orang. Sayangnya, mayoritas dari mereka lebih banyak yang dikucilkan dibandingkan diberi pengobatan alternatif. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan skizofernia adalah seperti

  • Genetik
  • Komplikasi kelahiran
  • Cedera otak

Hal itu juga bisa dipancing oleh stress dan penggunaan obat terlarang (NARKOBA). Kebutuhan dari seorang penderita skizofernia adalah pengobatan medis maupun kognitif dari professional di bidang ahlinya seperti psikiater dan psikolog. Kemungkinan, perilaku mereka dapat ditekan oleh obat yang diresepkan oleh dokter.

Gangguan mental bukan menjadi kesalahan si penderita. Maka kita harus berhenti memberikan stigma negative kepada penderita skizofernia. Pahamilan mengenai skizofernia lebih dalam. Jangan sampai kita hanya mengetahui, tapi tidak benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan skizofernia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun