Mohon tunggu...
Brilian Galan Ambanaga
Brilian Galan Ambanaga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi dengan Program Studi Hubungan Internasional di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah

Saya adalah mahasiswa Hubungan Internasional yang sangat menyukai topik-topik atau isu-isu hubungan internasional dan segala isu yang berkaitan dengan hubungan antara negara maupun isu dari negara itu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Diplomatik antara Junta Militer Myanmar dan Rusia

8 Oktober 2023   22:05 Diperbarui: 8 Oktober 2023   22:21 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Forum Ekonomi Timur (EEF) 2022 di Vladivostok, Rusia 7 September 2022. (Photo: Sputnik/Valeriy Sharifulin/Pool via REUTERS)  

Sudah kurang lebih dua tahun terjadi kudeta militer yang dilakukan oleh Junta Militer Myanmar terhadap pemerintahan demokratis. Aksi kudeta yang dilakukan Junta militer ini terjadi sejak 1 Februari 2021 dengan dalih kecurangan dalam pemilihan umum di Myanmar dan militer Myanmar yang ingin tetap mempertahankan eksistensi atau pengaruhnya. Kudeta ini mendapat  perhatian dari berbagai negara-negara ASEAN, PBB,  dan negara-negara yang ada di dunia karena terjadinya sejumlah pelanggaran HAM dan kejahatan-kejahatan perang yang dilakukan oleh pemerintahan Junta Militer Myanmar. Meskipun berbagai kecaman dan sanksi muncul dari negara-negara ASEAN dan negara-negara di dunia, namun hingga kini kekerasan dan tindak pelanggaran HAM yang dilakukan Junta Militer  ke kubu oposisi masih terus terjadi.

Kedekatan Junta Militer Myanmar dan Rusia                                  

Di saat ASEAN dan PBB sibuk mencari solusi dari permasalahan kudeta di Myanmar, kedekatan pemerintahan Junta Militer Myanmar dan Rusia mendapat sorotan khusus dan memunculkan berbagai pandangan dari para ahli dan pengamat-pengamat politik. Hubungan diplomatik antara Myanmar dan Rusia sebenarnya sudah terjalin erat sebelum terjadinya kudeta militer di Myanmar. Kedekatan Myanmar dan Rusia sendiri dulunya tidak terlalu disorot sebelum terjadinya kudeta militer ini.  Kedekatan Myanmar dan Rusia tersebut baru disorot ketika Myanmar mendapat kecaman dari berbagai negara atas kudeta militer yang dilakukan oleh pemerintahan Junta militer Myanmar.

Di saat hubungan Myanmar dengan negara-negara di ASEAN merenggang karena sanksi-sanksi serta kecaman dari barat yang bermunculan, pemerintahan Junta Militer Myanmar justru mendapat dukungan penuh dari Rusia, baik dukungan diplomatik hingga bantuan persenjataan. Dari sisi dukungan diplomatik, Rusia dan Myanmar saling mendukung satu sama lain. Myanmar menjadi satu-satunya negara yang tidak mengecam tindakan Rusia yang menginvasi Ukraina dan di saat bersamaan, Rusia juga menunjukan dukungan nya terhadap Junta Militer Myanmar dengan selalu menolak seluruh resolusi yang diajukan oleh dewan keamanan PBB yang mengecam kudeta yang dilakukan Junta Militer Myanmar.

Selain dukungan diplomatik, Rusia juga memberikan bantuan-bantuan persenjataan militer kepada Junta militer Myanmar. Melansir dari DW dan BBC News, Rusia juga memberikan supply persenjataan militer ke Junta Militer Myanmar seperti senapan serbu, missile, radar, drone, kendaraan lapis baja hingga jet tempur Rusia. Bahkan dari awal terjadinya kudeta, Rusia sudah menjadi salah satu mitra dagang dan pemasok senjata terbesar di Myanmar.

Meskipun investasi asing di Myanmar masih dikuasai oleh China, tetapi Rusia juga memiliki peran yang cukup besar terutama di bidang persenjataan militer. Menurut laporan dari PBB, sejak awal pengambilan kekuasaan di Myanmar, Pemerintah Junta Militer Myanmar sudah menghabiskan dana kurang lebih 1 Miliar USD untuk membeli senjata-senjata buatan Rusia. Bahkan banyak para ahli yang mengatakan bahwa senjata-senjata yang digunakan oleh pemerintah Junta Militer Myanmar dalam kudeta dan perlawanan terhadap pemberontak sama persis dengan yang digunakan tentara Rusia dalam menginvasi Ukraina.

Banyak yang mengasumsikan bahwa kerjasama antara Junta militer Myanmar dan Rusia hanya sebagai bentuk tindakan Myanmar mencari perlindungan ke Rusia dari sanksi dan kecaman dari negara-negara ASEAN dan negara-negara lainnya. Di sisi lain kerjasama ini bisa dikatakan sebagai kerjasama yang saling menguntungkan satu sama lain, Myanmar dan Rusia saling melindungi dari sanksi dan kecaman dari negara-negara lain atas invasi dan kudeta yang mereka lakukan. Selain itu bantuan persenjataan dari Rusia makin memperkuat pengaruh dan kekuatan Junta Militer di Myanmar dan hasil penjualan senjata ke Junta Militer Myanmar sebaliknya menjadi salah satu sumber dana Rusia dalam menginvasi Ukraina.

Kerja sama Myanmar dan Rusia Menjamin Keberlanjutan Kudeta?

Kudeta yang sudah berumur kurang lebih dua tahun ini juga banyak memunculkan pandangan dari para ahli dan pengamat politik yang mengasumsikan kekuatan dan keberlanjutan nya kudeta Junta Militer di Myanmar dari beberapa tindakan-tindakan yang diambil pemerintahan Junta Militer Myanmar. Banyak yang berpendapat bahwa hubungan atau kedekatan pemerintah Junta Militer Myanmar dengan Rusia merupakan suatu tanda dari keberlanjutan nya pemerintahan Junta Militer di Myanmar. Namun asumsi-asumsi ini tidak bisa dikatakan seratus persen benar atau pun salah. Melihat fakta yang terjadi, dengan adanya bantuan persenjataan dari Rusia,  kekuatan Pemerintahan Junta militer memang semakin bertambah besar dalam memerangi kelompok-kelompok pemberontak dan mempertahankan posisi serta pengaruh mereka di Myanmar. Tetapi banyak juga yang beranggapan bahwa kerja sama Junta Militer dan Rusia ini tidak selalu mengenai kolaborasi kekuatan militer, bisa saja kedekatan ini hanya bentuk tindakan Myanmar dalam mencari perlindungan ke Rusia atas kudeta yang dilakukannya dan dari kecaman serta sanksi-sanksi yang diberikan oleh seluruh negara di dunia.

Para ahli telah  mengesampingkan sisi  kerja sama pemerintah Junta Militer Myanmar dengan Rusia, dan melihat bahwa pemerintah Junta militer sudah mulai kewalahan dalam memerangi kelompok-kelompok pemberontak yang menentang pemerintahan Junta Militer di Myanmar. Ditambah berbagai kecaman dan sanksi yang diberikan oleh negara-negara ASEAN dan PBB juga semakin memojokkan pemerintah Junta militer di Myanmar. Meskipun Junta militer mendapat dukungan dari Rusia, tidak ada yang bisa menjamin bahwa pemerintah Junta militer akan terus memerintah di Myanmar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun