Seiring kemajuan teknologi, jurnalisme di Indonesia semakin berkembang. Bermula pada kegiatan jurnalisme cetak, kemudian pada media elektronik. Kini, jurnalisme di Indonesia juga merambah pada jurnalisme online dan multimedia.
Jurnalisme atau kegiatan jurnalistik di Indonesia tentunya telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Kegiatan jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan atau pencarian, penulisan dan penyebaran informasi secara aktual melalui media massa.Â
Kegiatan jurnalistik dimulai di Indonesia dengan ditandai hadirnya surat kabar Bataviasche Nouvelles di tahun 1744. Sejak saat itu, surat kabar terus terus berkembang dan mulai terbit di berbagai daerah.
Selain, surat kabar saja, kemudian munculah jurnalisme televisi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1962 oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI). Setelah 20 tahun berlangsung, barulah hadir televisi-televisi swasta meramaikan jurnalisme di Indonesia.Â
Pada masa itu, surat kabar dan televisi menjadi teman bagi masyarakat dalam mencari dan menemukan berbagai informasi dan berita. Hingga akhirnya, dengan kemunculan internet saat ini, jurnalisme mulai berubah dan sebagian telah ditinggalkan.Â
Kehadiran jurnalisme online di IndonesiaÂ
Kehadiran internet di Indonesia pada tahun 1990-an membawa perubahan bagi perkembangan jurnalisme. Perubahan tersebut dihadirkan dengan kemunculan jurnalisme online.Â
Jurnalisme online merupakan kegiatan jurnalistik yang dilakukan melalui jaringan internet. Jurnalisme secara online akan menyalurkan berita atau informasi melalui situs yang terhubung dengan internet.Â
Salah satu media yang menerapkan jurnalisme online pertama kali adalah Republika Online pada 17 Agustus 1994. Kemudian, setelah satu tahun Kompas menghadirkan media berbasis internet dengan nama Kompas.co.id pada 14 September 1995. dan berubah menjadi Kompas.com pada 1998.Â
Republika online dan Kompas.com merupakan generasi pertama dari media online yang hadir di Indonesia. Kemudian, pada 6 Maret 1996, Tempo meluncurkan Tempo Interaktif (kini bernama tempo.co) , pada 2 September 1966 Harian Bisnis Indonesia hadir secara online.Â
Pada masa itu, media online yang ada di Indonesia hanya memindahkan halaman, berita atau informasi yang mereka miliki di media cetak ke dalam internet. Kemudian, ketika hadirnya detik.com pada 9 Juli 1998, dapat dikatakan membawa perubahan pada jurnalisme online.Â
Media detik.com tidak menyajikan berita yang berasal dari media cetak ke internet. Detik.com justru menyajikan berita secara ringkas dengan konsep breaking news yang diterapkan oleh media asing, seperti CNN, Reuters, dan Associated Press (AP).Â
Setelah itu, media online di Indonesia terus bertambah dan bermunculan memasuki internet. Namun, tak sedikit pula media online Indonesia yang akhirnya berhenti, karena tak dapat menutup biaya operasional mereka.Â
Seiring dengan berjalannya jurnalisme online, pada tahun 2012 muncul portal berita dengan mengusung konsep news aggregator. Di mana, konsep ini memberikan berita-berita atau informasi dari berbagai situs dan ditampilkan pada satu portal. Portal yang mengusung konsep ini adalah Baca Berita (Babe) dan Line Today.Â
Jurnalisme multimedia di IndonesiaÂ
Kehadiran dan perkembangan jurnalisme online, juga menghadirkan konsep jurnalisme multimedia. Konsep jurnalisme multimedia ini tentunya menggunakan internet (secara daring) layaknya jurnalisme online.Â
Namun, yang menjadi pembedanya yakni, jurnalisme multimedia menggunakan minimal tiga media dalam berita yang disajikan. Media tersebut dapat berupa, teks, foto, video, audio, atau grafik pada situs tersebut.Â
Sudah terdapat beberapa media online di Indonesia yang menerapkan jurnalisme multimedia, seperti Virtual Interaktif Kompas (VIK) milik Kompas.com, tirto.id, bbcindonesia dan lain-lain.Â
Dalam menyajikan berita dengan konsep jurnalisme multimedia, tentunya memiliki tantangan tersedia. Dapat dikatakan seorang jurnalis tidak dapat bekerja sendirian dalam menyajikan informasi.Â
Seperti yang kita tahu, jurnalisme multimedia menyajikan informasi dengan minimal tiga media. Tentunya, ini membutuhkan profesi atau seorang ahli di bidang lainnya, tak hanya seorang jurnalis saja.Â
Misalkan saja dalam membuat infografis membutuhkan seorang desain grafis, memasukkan informasi ke dalam grafis dengan kata-kata ringkas dibutuhkannya seorang copywriter. Kemudian, agar tampilan situs berita menjadi user friendly dan interaktif dibutuhkannya seorang UI/UX designer.
Maka dari itu, dalam menyajikan jurnalisme multimedia, tak hanya cukup dengan seorang jurnalis saja, namun menghadirkan kolaborasi-kolaborasi dengan profesi lain. Memang, jurnalisme multimedia terlihat lebih kompleks.Â
Namun, dengan hadirnya jurnalisme multimedia ini dapat menjadi pilihan dan membantu individu dalam memperoleh informasi dengan visual-visual yang menarik dan interaktif.Â
Itu tadi ulasan mengenai perkembangan jurnalisme di Indonesia, semoga artikel ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi kalian ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H