Bencana alam banjir sudah sangat akrab terjadi di bumi pertiwi ini. Genangan air bah yang datang secara tiba-tiba dan menghentikan aktivitas warga untuk beberapa waktu. Bahkan dampaknya bisa sampai memicu trauma bagi yang kehilangan harta benda dan sanak saudara mereka.
Peristiwa banjir yang baru saja terjadi adalah banjir bandang di Garut, Jawa Barat. Bencana ini dapat dikatakan banjir dalam skala besar karena dampak yang ditimbulkan pun luar biasa, ditafsir kerugian dapat mencapai ratusan juta. Banyak rumah warga yang terendam banjir dan juga korba jiwa yang meninggal akibat bencana ini.
Selain banjir di Garut, daerah Kabupaten Bandung Selatan juga menjadi langganan banjir ketika hujan tiba. Daerah tersebut tidak pernah absen dengan kehadiran air bah tersebut. Hujan yang berintensitas rendah saja sudah bisa merendam jalan sampai lutut, apalagi hujan yang datang semalam suntuk, sudah bisa dipastikan rumah hanya tinggal atap yang terlihat. Bukan lagi fenomena langka bagi warga sekitar Kabupaten Bandung.
Secara geografis, Kabupaten Bandung Selatan memang terletak di daerah yang lebih rendah daripada kabupaten Bandung yang lain, maka sangat mungkin jika air hujan yang turun akan langsung mengalir ke daerah tersebut dan berkumpul di satu area. Selain faktor geografis, faktor campur tangan manusia juga turut andil dalam fenomena banjir musiman ini.
Salah satu faktor yang berkaitan dengan peristiwa ini adalah siklus hidrologi. Siklus yang mengatur perjalanan air dari air turun sebagai air hujan hingga kembali menjadi awan lagi. Melihat kondisi alam sekarang, siklus hidrologi dianggap telah rusak. Hal ini dibuktikan dengan pergantian musim yang tidak teratur, musim penghujan yang seharusnya datang pada bulan Oktober sampai Maret malah mengalami over. Sepanjang tahun ini, dari awal januari sampai september masih sering mengalami hujan, padahal seharusnya jika dilihat dari siklus, pada bulan April – Oktober, Indonesia masuk musim panas.
Fungsi dari tutupan lahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berubahnya siklus hidrologi dan musim di Indonesia. Di zaman sekarang, banyak lahan yang telah mengalami perubahan fungsi, terutama di kota-kota besar. Lahan pertanian dan perkebunan yang dulunya asri kini berubah menjadi lahan industri. Hal ini menyebabkan air hujan yang turun tidak bisa tertampung ke dalam tanah melainkan langsung mengalir ke tempat yang lebih rendah, sehingga terjadilah banjir.
Oleh karena itu, peruntukan lahan untuk ruang terbuka hijau sangat diperlukan. Manfaat yang bisa diperoleh diantaranya dapat memulihkan kembali siklus hidrologi, walaupun hanya sedikit yang berubah, tapi setidaknya dengan adanya lahan tersebut, khususnya di perkotaan, dapat digunakan untuk menyimpan air hujan dalam bentuk air permukaan yang terserap ke dalam lapisan tanah sehingga dapat mengurangi air yang mengalir ke area lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Selain itu, adanya lahan hijau juga dapat memperkecil polusi udara karena asap kendaraan bermotor dan asap limbah industri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H