Mohon tunggu...
Brigita Yuriza Ardhiana
Brigita Yuriza Ardhiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang manusia tentunya dan dalam tahapan sebagai mahasiswa Psikologi di Universitas Negeri Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Resiliensi Diri

30 Desember 2022   23:56 Diperbarui: 31 Desember 2022   08:02 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hidup sering kali terjadi dan muncul yang namanya jenuh dan bosan. Apalagi ketika banyak tekanan yang sedang menimpa dalam hidup. Rasanya hidup sedang "semrawut". Saat hal itu terjadi dan individu berusaha melakukan beberapa cara untuk kembali bangkit dari perasaan tidak berdaya tersebut, hal ini dinamakan dengan "resiliensi diri". Resiliensi diri dapat dimaknai sebagai kemampuan-kemampuan individu  untuk dapat mengatasi dan beradaptasi bila sesuatu yang merugikan terjadi dalam hidup (Reivich & Shatte, 2002).

Perlu kita ketahui, tidak semua orang memiliki kemampuan ini. Resiliensi ini pada dasarnya sangat membantu bagi individu ketika sedang menghadapi masalah yang terjadi, mengontrol emosi, tingkah laku, serta dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut reivich dan Shatte (2002) tujuh kemampuan yang mampu membentuk resiliensi diri meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, menganalisis penyebab masalah, empati, efikasi diri, dan mencapai tujuan hidup.

Resiliensi diri dapat tumbuh karena beberapa faktor seperti kecenderungan genetik, lingkungan, masalah yang dialami, dan beberapa faktor lainnya baik dari dalam maupun luar individu. Resiliensi bukanlah karakteristik kepribadian, tetapi proses dinamis dengan disertai sejumlah faktor yang membantu mengurangi risiko individu dalam menghadapi tekanan kehidupan.

Lalu bagaimana sih cara agar kita dapat membangun resiliensi diri?

Jadi, seseorang dapat membangun resiliensi diri melalui cara yang paling dasar yaitu menetapkan tujuan hidup. Melalui tujuan hidup ini akan muncul motivasi dan energi positif dalam diri ketika menjalani kehidupan. Enjoy saja bestie.... . Lanjut, yang kedua yaitu membangun koneksi dengan banyak orang baik dari keluarga, teman, atau masyarakat sekitar. Bahkan dengan pedagang makanan yang sering kita beli juga bisa loh.. Ketiga, dapat dilakukan dengan berusaha untuk merilekskan pikiran dan mengingat setiap anugerah yang telah Tuhan berikan. Selanjutnya, dapat membuat keputusan secara matang dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara agar pengambilan keputusan dapat dilakukan secara matang yaitu dengan membuat skala prioritas. Dan yang terakhir, kita harus selalu menanamkan pikiran positif dan percaya pada kemampuan sendiri bahwasannya kita mampu, kita bisa.

Nah, setelah melakukan hal-hal diatas, tidak serta merta individu akan memiliki resiliensi diri. Semuanya tetap membutuhkan waktu dan proses. Berikut adalah tahapan atau proses resiliensi diri menurut O'Leary dan Ickovics (Coulson, R. 2006 : 5):

  • Mengalah

Individu akan mengalah jika menghadapi sesatu diluar kemampuan mereka dan dalam tahap ini sangat berpotensi tinggi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

  • Survival

Dalam kondisi ini, biasanya seseorang tidak dapat meraih atau mengembalikan fungsi psikologis dan emosi positif setelah kondisi yang menekan.

  • Recover

Setelah melalui tahapan bertahan dalam hidupnya, individu akan kembali pulih dan beradaptasi. Selanjutnya, individu dapat beraktifitas mulai dapat menjalani kehidupannya lagi walaupun akan tetap membekas ingatan ketika sedang di titik terendah.

  • Thriving

Pada tahapan ini individu menunjukan bahwa mereka dapat berkembang menjadi lebih baik, mampu menghadapi masalah, dan mengatasi masalah yang akan datang di kemudian hari.

Nah dengan beberapa paparan diatas yang disertai dengan pendapat para tokoh, aku harap teman-teman semua mendapat gambaran terkait seberapa pentingnya kita mulai memahami kondisi pribadi dan apa yang harus kita lakukan untuk dapat meningkatkan resiliensi diri sehingga dapat menjalani "kehidupan" dengan sebaik mungkin.

Mari kita refleksikan sejenak 

"Are you living or just existing?"

REFERENSI

Abu Ahmadi & Munawar Shholeh. (2004). Psikologi Perkembangan. Penerbit Rineka Cinta.

Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Keys to Finding Your Inner Strength and Overcoming Life's Hurdles. Broadway Books.

Resilience; Psychology Today.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun